Untukmu aku punya sekotak lisan; yang merembes keluar dari dalam pikiran. Sayang, mereka menolak untuk disampaikan, karena yang terdahulu pun masih menunggu jawaban.
Untukmu aku punya sekotak rasa berwarna merah jambu; yang manis juga abu-abu. Yang kadang meragu dan tak jarang setia menunggu.
Untukmu aku punya sekotak permintaan; yang sengaja aku sampaikan di sela-sela pertemuan dengan Tuhan. Kata-Nya, mohon bersabar.
Untukmu aku punya sekotak pertanyaan; timbul tenggelam menertawakan aku yang kesulitan memejam kala malam; yang dalam kelopak mata, aku seakan menyaksikan kamu perlahan melesap bagai asap.
Untukmu aku punya sekotak harap; semoga tidak terlalu pengap disimpan dalam tumpukkan rapalan doa yang senantiasa berkilap-kilap.
Untukmu, aku hanya berharap agar kamu lebih mengerti arti rindu dan pertemuan.
Pulanglah, aku menunggu.
Serang, 29 Oktober 2016
Ditemani rintik hujan dan dekapan angin.
(-biashujan-)