Sabtu, 29 Oktober 2016

Untukmu

Untukmu aku punya sekotak lisan; yang merembes keluar dari dalam pikiran. Sayang, mereka menolak untuk disampaikan, karena yang terdahulu pun masih menunggu jawaban.

Untukmu aku punya sekotak rasa berwarna merah jambu; yang manis juga abu-abu. Yang kadang meragu dan tak jarang setia menunggu.

Untukmu aku punya sekotak permintaan; yang sengaja aku sampaikan di sela-sela pertemuan dengan Tuhan. Kata-Nya, mohon bersabar.

Untukmu aku punya sekotak pertanyaan; timbul tenggelam menertawakan aku yang kesulitan memejam kala malam; yang dalam kelopak mata, aku seakan menyaksikan kamu perlahan melesap bagai asap.

Untukmu aku punya sekotak harap; semoga tidak terlalu pengap disimpan dalam tumpukkan rapalan doa yang senantiasa berkilap-kilap.

Untukmu, aku hanya berharap agar kamu lebih mengerti arti rindu dan pertemuan.
Pulanglah, aku menunggu.

Serang, 29 Oktober 2016
Ditemani rintik hujan dan dekapan angin.

(-biashujan-)


Rabu, 26 Oktober 2016

Aku Masih Baik-Baik Saja

Ini bukan yang pertama, aku duduk sendirian dan memperhatikan beberapa tulisan yang berlalu lalang. Setiap abjad yang tersusun dalam kata terangkai menjadi kalimat yang sebenarnya tak ingin kubaca; sama seperti kamu yang terus berlalu lalang di otakku, terus hinggap dalam ingatan.
Ini bukan yang baru bagiku, duduk berjam-jam ditemani laptop dan tumpukan tugas yang setiap hari terus bertambah; sama seperti beban pikiran yang kian bertambah, membuat pusing.
Ini bukan lagi hal yang aneh bagiku. Ponsel yang (memang) selalu sepi; terkadang ramai, itupun chat grup kelas. Chat darimu? Hanya sesekali. Tak apa, mungkin kesibukanmu membuatmu lupa mengabari perempuan yang setia menunggu.
Kekosangan itu sudah berganti-ganti wajah sejak tadi, namun aku tetap menunduk, mencoba tak memperdulikaan keadaan. Karena jika terlalu terbawa emosi, aku bisa mati iseng sendiri.
Kali ini aku takkan menjelaskan tentang kesepian, bercerita hal abstrak yang sulit kamu pahami, ataupun hal sepele yang membuatmu bosan mendengarnya. Aku tau, kamu sulit diajak basa basi. Tenang saja, akan ku pendam lagi. Otakku masih kuat menampung segala hal absurd yang kamu anggap tak penting itu.
Ini hanya cerita sederhana yang mungkin tak pernah ingin kamu dengar sebagai pengantar tidurmu. Kamu tak suka jika ku ceritakan tentang air mata bukan? Bagaimana kalau ku alihkan air mata menjadi senyum pura-pura? Tentu saja, kamu takkan melihatnya, sejauh yang ku tau kamu tak perduli.
Entah mengapa, akhir-akhir ini sepi sekali. Aku seperti berbisik dan mendengar suaraku sendiri. Namun, aku masih saja heran, dalam gelapnya malam ternyata ada banyak cerita yang sempat terlewatkan. Ah, sekarang pasti kamu sedang membuang muka, tak ingin menengok hal-hal manis yang dulu.
Mas, aku saja selalu merindukannya.
Kamu tidak merindukannya?
Yakin?
Yasudah, tak apa.
Sampai detik ini, aku masih baik-baik saja.


Jumat, 21 Oktober 2016

Aku Rindu, Kamu?

Sepertinya kabar bukan hal penting lagi untukmu
Sepertinya temu bukan lagi hal sakral untuk meleburkan rindu
Sepertinya aku harus belajar terbiasa dengan sering 'menghilang' nya kamu
Yasudah, mau bagaimana lagi?
Aku terima
Aku wanita kuat, tenang saja
Ibuku tak pernah mengajarkanku untuk mengeluh
Perlahan aku mulai terbiasa dengan semuanya
Tak apa, hatiku baik-baik saja
Hariku masih berwarna dengan kegilaan dikampus
Tawaku masih terbahak bersama sahabatku

Kamu tak tau kan apa saja yang aku lakukan akhir-akhir ini?
Kamu tak tau jam tidurku sekarang
Kamu juga tak tau bagaimana pola makanku sekarang
Bahkan, kamu tak pernah tau aku pernah menangis hanya karena tanganku pegal menulis berlembar-lembar folio
Tak apa, kamu tak perlu tau
Aku masih baik-baik saja

Tapi, apa tak rindu denganku?
Tak rindu duduk dan tertawa bersama denganku?
Tak rindu menunggu lampu merah berganti hijau denganku?
Tak rindu saat hujan-hujan nan denganku?
Hei Mas, aku saja rindu masa kamu tidak?


Minggu, 09 Oktober 2016

Pesan Untuk Rindu

Seketika aku benci pada rindu
Ia selalu mengoyakkan hati
Selalu datang tanpa permisi
Selalu menetap berhari-hari
Tak mau pergi
Lalu, aku harus apa?
Memaki rindu agar tak kembali?
Iya?
Rindu, bisakah datang dengan pasti?
Bukan hanya bayang semu
Bukan seperti angin malam
Bukan seperti pelangi
Bukan itu yang ku maksud
Hmm..
Maaf rindu, aku sering memakimu
Aku sering bertarung denganmu
Kau baik-baik saja bukan?
Kau tidak terluka?
Kau tidak lebam kan?
Wujudmu masih utuh?
Syukurlah
Rindu, kali ini aku tak akan memakimu (lagi)
Jika ingin datang, datanglah
Aku takkan memaksamu (lagi) untuk datang
Pintuku terbuka untukmu, kapan pun
Jangan takut, aku sudah berjanji padamu
Aku akan baik sekarang
Ketuk saja pintu saat kau ingin datang
Aku pastikan selalu menunggu dibalik pintu
Tapi, pesan ku rindu
Beri sedikit ruang untukku, sebentar saja
Aku sesak, ingin bernafas
Tak usah risau, bukan salahmu
Ini salahku, terlalu sering memakimu