Selamat Ulang Tahun

Selamat ulang tahun, Mas.
Maaf, lagi-lagi aku lupa dengan satu Agustus. Aku lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunmu. Aku sibuk mengurus segala hal, hingga lupa dengan kebiasaanku menunggu jam dua belas malam.

Selamat ulang tahun, Mas.
Bagaimana kabarmu sekarang? Bagaimana dengan kesehatanmu? Kau baik-baik saja? Kau bahagia? Semoga iya. Karena sakitmu, adalah cemasku.

Selamat ulang tahun, Mas.
Kau ingat? Dulu, aku pernah menjadi yang paling sibuk sebelum satu Agustus. Namun, aku tak pernah sibuk sendiri. Ada Ibu, yang tak kalah sibuknya denganku. Sembari menunggumu pulang, aku menyiapkan kejutan dengan Ibu di rumah. Membuat kue dan meniup balon. Ibumu baik sekali, aku tak merasa asing didekatnya. Sesampainya di rumah, kau terkejut melihatku bersama Ibu menyiapkan kejutan. Namun kau tersenyum setelahnya. Ah, aku bahagia saat itu.

Selamat ulang tahun, Mas.
Ini tahun keempat ku bertemu satu Agustus tanpamu. Aku memang mulai terbiasa, tapi seperti ada yang tak lengkap. Karena biasanya, aku selalu datang ke kotamu, memberimu kejutan atau sekedar duduk di cafe menghabiskan waktu bersama. Aku ingat sekali, aku selalu membuatmu marah beberapa hari sebelumnya, membuatmu menunggu begitu lama. Namun semuanya sia-sia, kau tak mampu berlama-lama marah padaku.

Selamat ulang tahun, Mas.
Tetap menyenangkan, dan menjadi pendengar terbaik disetiap ceritaku. Meski tak ada lagi kita, meski hanya ada aku dan kau yang terpisah jarak ratusan kilometer, aku ingin semuanya baik-baik saja, hingga nanti.

Selamat ulang tahun, Mas.
Doaku masih sama, tak perlu ku jelaskan. Kau pun tahu apa yang ku aminkan disetiap doaku. Bahagia selalu.

Dari perempuan yang rasanya masih sama, meski tak utuh, namun tetap ada.