Aku ingin bercerita.
Tentang suatu hari, dimana aku benar-benar mengenal apa itu rasa kecewa. Luka yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, luka yang harus aku bayar dengan tetes demi tetes air mata.
Aku pernah mencintai seseorang, cinta yang boleh ku katakan, itu luar biasa. Cinta yang didalamnya kuberi rasa percaya, setia dan doa. Bagiku, cinta yang kepadanya lebih indah dari sekedar lagu-lagu cinta.
Hari demi hari, bersamanya aku berbagi. Susah dan senang ku, tawa dan air mataku, mimpi dan harapanku, bersamanya aku bercerita. Tidak pernah sekalipun kepadanya aku menaruh curiga, bahkan ketika jarak menjadi penghalang diantara kami. Ya, cinta memang seharusnya seperti itu, bukan? Tumbuh bersama rasa percaya, jauh dari segala bentuk curiga.
Sampai suatu hari, aku menemukan sesuatu yang benar-benar melukai hati. Bahkan, boleh kubilang, ini mematahkan segala bentuk harapan dan asa, yang pernah ku terbangkan ke langit doa atas nama cinta.
Kamu tahu? Kesetiaanku dilukainya tanpa setengah-setengah. Dia pergi tanpa berpamitan, dia menghilang tanpa kabar. Dan, ketika akhirnya aku menemukan, ia telah bahagia bersama seseorang yang lain. Tentu itu bukan aku. Kepada seseorang yang lain, ia telah jatuh cinta.
Sungguh, jangan tanyakan kepadaku tentang luka hati. Bahkan, akupun tidak pernah membayangkan sebelumnya. Yang membuat sakit, bukan tentang ia yang semudah itu jatuh cinta kepada dia selain aku. Tapi, tentang aku yang semudah ini memberi hati dengan utuh. Namun aku harus belajar menerima, jika tidak semua hal di Dunia ini berjalan sesuai harapan dan rencana.
Setelah hari itu, aku tidak mengutuk apapun darinya. Aku tetap percaya, dia seseorang yang baik. Akupun tidak membencinya, karena suka atau tidak suka, menolak atau menerima, harus aku akui bahwa ia pernah menjadi seseorang teristimewa di hatiku.
Dan satu lagi, cinta yang baik tidak akan pernah terbagi kepada dua hati, kepada dua cinta, dengan orang yang berbeda.
Penakecil—