"Masih betah sendiri aja, kapan cari yang baru?"
"Move on dong, jangan masalalu aja yang dipikirin"
"Dia aja bisa ketawa pas ninggalin Lo, sedangkan Lo disini terpuruk begini. Ngapain?"
Aku masih mendengarnya hingga kini. Tak bosan kah menanyakan hal yang sama berulang kali? Aku betah menyendiri pun tak merugikan siapa-siapa kan? Tak perlu diributkan.
Bagiku, melepaskan masalalu tak selalu mencari yang baru. Karena hati setiap manusia berbeda dalam hal melupakan. Belum sepenuhnya melupakan pun bukan berarti tak bisa melupakan. Hanya waktunya belum tepat.
Aku tahu, mereka menyayangiku dengan berkata seperti itu. Memang tidak salah, tapi aku bukan perempuan yang mudah menerima hal baru. Aku harus beradaptasi, menyesuaikan dengan keadaan, bahkan susah payah untuk memulai sesuatu, tak seperti perempuan lain yang dengan mudah beradaptasi dengan hal baru. Karena setiap aku membersamai seseorang, aku tak pernah setengah hati. Aku memberinya rasa yang utuh, semuanya ku lakukan dengan sungguh.
Begini, perihal membuka hati. Perempuan sepertiku tak mau terburu-buru menentukan. Dia cocok atau dia tak cocok denganku. Bukan seperti itu. Aku tak ingin hal menyakitkan seperti dulu, terulang lagi. Cukup sekali. Karena setelah ratusan hari terlewati pun, aku masih ingat bagaimana sakitnya ditinggalkan dengan tega. Bahkan dengan banyaknya yang menghampiri, tak lantas membuatku membuka hati.
Sungguh, aku bukan mati rasa dengan cinta. Siapa yang tak ingin jatuh cinta lagi setelah disakiti? Siapa yang tak ingin dibersamai seseorang lagi? Akun ingin. Tapi tak semudah yang dipikirkan. Ada banyak hal yang harus ku pertimbangkan. Salah satunya, hatiku belum benar-benar pulih. Ia masih lebam, terkoyak dan berdarah-darah. Aku tak mungkin memberi hati yang tak layak pada seseorang yang akan membersamaiku. Meski tak pernah benar-benar utuh kembali, setidaknya ia pulih dari luka.
Sudah ku bilang, butuh waktu cukup lama untuk menyembuhkan hatiku. Jika memang sudah waktunya, dan memang dia pria terbaik yang Tuhan berikan, aku akan menerima nya.
Maaf, bukan tak ingin menerima siapapun. Atau terkesan tak bisa melupakan masa lalu. Aku butuh waktu untuk memulihkan segalanya.