Sore itu, aku memang sengaja mendatangi saung sate yang dulu sering aku dan dia datangi. Setiba disana, tanpa bertanya apa yang ku pesan, Mang Udjo langsung menyajikan sate yang dulu biasa ku pesan.
Dengan suasana yang cukup ramai, Mang Udjo malah duduk menemaniku makan. "Mas nya kemana? Kenapa gak diajak?" Tanya nya. "Ah, udah enggak sama dia lagi Mang, udah 3tahun" jawabku. Mang Udjo tertawa, dan bilang "Mas nya juga selalu kesini kalau pulang. Dan selalu sendiri, kadang sama Ibu. Kalau ditanya kenapa gak bawa pacar, dia selalu jawab doain aja ya Mang sama yang dulu sering kesini."
Aku kembali menyantap sate dan Mang Udjo kembali melayani pembeli. Sesekali aku melihat sekeliling tempat ini, tak ada yang berubah, tak ada yang berganti. Semuanya masih sama seperti pertama kali saat tempat ini aku datangi.
Sepertinya Mang Udjo tahu kalau aku merindukan seseorang. Tanpa basa basi, lagu Mirror milik Justin Timberlake diputar. Lagu yang menjadi andalan dia bernyanyi sembari memainkan gitar saat mengajakku makan disini.
Entah sengaja atau apa, sepertinya Mang Udjo masih ingat dan menyimpan lagu apa saja yang dulu sering membuat gaduh saungnya. Mulai dari Mirror, Marry Your Daughter, That Man Cant Be Moved, Now and Forever, Fall For You, Need You Now, dan puluhan lagu yang berhasil mengobrak abrik rasa rinduku.
Waktu merangkak sangat cepat, tak terasa aku hampir menghabiskan waktu 3 jam duduk disaung ini. Menyantap sate, tertawa dengan Mang Udjo, dan melihat lalu lalang kendaraan. Semuanya terasa membosankan, berbeda dengan dulu. Seberapa lama pun duduk di saung ini, tak sedikit pun bosan datang.
Hari semakin gelap, aku pamit pulang pada Mang Udjo. Dengan senyum andalan nya, mang Udjo berkata "Hati-hati ya neng, nanti mamang bilangin sama Mas nya kalau kamu kesini", aku hanya tersenyum dan bergegas pulang.
Disepanjang perjalanan, aku membayangkan betapa bahagianya jika tadi menghabiskan waktu bersama dan betapa bahagia jika tadi tertawa bersama. Andai masih bersama, andai dulu tak berjalan masing-masing, andai kamu disini. Ah, lamunanku terlalu tinggi.
Mas, kamu perlu tahu. Bahwa hingga kini, kamu masih menjadi aktor utama dalam setiap tulisanku. Kamu masih menjadi nomor satu di kepalaku. Dan aku masih merindukanmu.