Segala yang ku tulis memang tak selalu tentang kamu. Ada beberapa bagian yang bukan kamu. Tulisan itu tentang nya, tentang seseorang yang menyakitiku begitu banyak. Seseorang yang membuat semuanya berantakan, dan meluluh lantakan segalanya.
Kali ini tentangmu, pria yang ku kenal sejak sekolah menengah pertama. Yang entah mengapa hingga detik ini masih sering ku pikirkan. Yang hingga sekarang masih ku cari tahu kabarnya. Yang hingga sekarang masih ku rindukan berkali-kali.
Tuan, aku rindu. Walau tak banyak kenangan tentang kita bahkan mungkin tak ada, aku tetap rindu. Bagaimana kabarmu? Baik-baik lah selalu. Karena kabar bahwa kau selalu baik-baik saja seperti energi baik untukku. Aku tak perlu mengkhawatirkan perihal kesehatanmu. Dengan begitu aku akan baik-baik saja.
Tuan, ingatkah dulu saat semuanya masih baik-baik saja? Kita pernah berada di masa sebahagia itu. Tertawa bersama untuk hal yang tak seberapa. Iya, kita pernah dekat walau akhirnya tak pernah merekat. Kita hanya sebatas kisah yang akan usang dikemudian hari. Dilupakan, dan menghilang selamanya.
Tuan, ada hal yang hingga kini tak bisa aku mengerti. Kita yang diawal sedekat nadi, namun berakhir sejauh matahari ke bumi. Tetapi sejauh apapun jarak matahari ke bumi, tetap saja matahari selalu ada walau terkadang menghilang lalu kembali lagi. Sama seperti kamu, menghilang dan kembali lagi.
Tuan, sempat ku ingin mengirim pesan padamu. Tapi ku urungkan kembali. Aku takut pesan itu akan mengganggumu, lebih tepatnya aku takut pesan itu takkan kamu gubris. Aku kesulitan menanyakan kabarmu langsung, bahkan hanya sekedar Hai saja, tak pernah mudah bagiku. Butuh keberanian luar biasa. Dan aku tak pernah bisa. Bodoh sekali bukan?
Sudah terlihat menyedihkan?
Mungkin kedekatan yang pernah terjadi, tak banyak orang tahu. Iya, kita hanya sekilas yang begitu membekas. Maksudku, untukmu (mungkin) tak pernah ada artinya. Berbeda denganku, semuanya masih membekas hingga kini. Semuanya terbukti dengan aku yang masih menyimpan fotomu; aku yang masih mencari tahu segalanya dari lini masa mu.
Pernah suatu ketika, mereka bertanya siapa kamu. Perlu kamu tahu, aku kesulitan menjawabnya. Aku tak tahu harus menjelaskan siapa kamu. Jadi ku jelaskan saja bahwa kamu hanya seseorang yang pernah dekat di masa lalu dan masih mendekap hingga sekarang.
Sudah terlihat menyedihkan belum?
Tuan, semoga ada keajaiban hingga kamu menemukan tulisan ini. Tulisan yang ku buat dengan sangat hati-hati. Bahkan sebagian dengan air mata dan luka yang hampir menganga. Baca lah sampai akhir, hingga kau mengerti aku masih menyimpan rindu.
0 komentar:
Posting Komentar