Minggu, 21 Juli 2019

Mengapa Harus Kamu?

Mengapa harus kamu?

Diantara milyaran manusia, Mengapa harus kamu? Mengapa bukan yang lain? Mengapa hatiku bersikeras memilihmu yang (mungkin) tak memilihku?

Aku seperti perempuan bodoh. Bertahan pada satu nama dalam waktu yang cukup lama.

Diantara milyaran manusia, mengapa harus kamu? Mengapa sejauh apapun berjalan, langkahku selalu berbalik menuju kamu? Bahwa menghindarimu sudah ku lakukan, segala cara ku pertaruhkan. Tetap saja, selalu berakhir di kamu.

Aku bahkan tidak mengerti. Mengapa dengan banyaknya luka yang disuguhkan, aku tetap berjalan menghampirimu. Meski menghampirimu sama saja seperti membunuh hatiku sendiri, aku tetap melakukannya.

Mengapa harus kamu?

Diantara milyaran nama, mengapa harus namamu? Mengapa betah sekali menetap diingatan? Mengapa aku tak pernah benar-benar lupa pada nama yang (mungkin) mengingatku saja tidak?

Aku seperti perempuan gila. Berkali-kali melangitkan kamu dalam doa. Berharap direstui Tuhan dan semesta, meski yang ku dapat hanya kamu yang membumikan diri dengan sengaja, meski yang ku lakukan hanya sia-sia.

Aku bahkan tidak mengerti. Mengapa dengan tidak pedulimu, hatiku bersikeras memilihmu. Ada apa denganku? Mengapa masih saja mempertahankan seseorang yang bahkan tak peduli padaku.

Mengapa harus kamu?

Diantara milyaran manusia, mengapa harus kamu yang aku cinta? Mengapa harus kamu yang membuatku berdebar? Mengapa harus padamu aku menaruh rasa? Sungguh, jatuh cinta padamu adalah sakit luar biasa.

Aku bahkan tidak mengerti. Mengapa dengan sikap acuhmu, aku selalu ingin kembali, lagi dan lagi. Kamu membuat candu, menghajarku dengan rindu menggebu, meski tak pernah bisa bersatu.

Mengapa harus aku?

Mengapa harus aku yang jatuh cinta? Mengapa harus aku yang menaruh rasa? Mengapa hanya padamu aku tak menyerah? Mengapa?

______________
Jika dengan tidak sengaja kamu membaca ini. Tak perlu berbesar kepala. Memang aku yang jatuh cinta, bukan kamu. Benar, aku yang menaruh rasa, bukan kamu. Kamu hanya perlu diam jika tak memiliki rasa yang sama. Abaikan aku untuk hal ini, aku baik-baik saja.

© ayuiyuky—
kotakusang_


Suatu Hari Jika Aku Lupa

Jika kelak kau melihatku menjadi perempuan yang tidak seperti kamu kenali. Maafkan aku, bukan karena aku tidak lagi mencintaimu atau aku membencimu. Melainkan aku sedang membiasakan diri untuk tidak memerhatikanmu, memedulikanmu dan mengkhawatirkanmu. Bahwa ketahuilah, untuk melakukan semua hal itu aku butuh keberanian yang mungkin seperti harus tega untuk menyakiti diri sendiri.

Dulu, sebelum kepergianmu yang untuknya, aku sempat percaya bahwa malaikat begitu menjaga cinta kita. Bahwa aku sempat yakin, jika kamulah pulangku untuk sebuah pelarian cinta. Bahwa aku sempat berpikir jika kamulah seseorang yang dikirim untuk menjagaku sepenuhnya. Namun semuanya berubah begitu saja, setelah ia ada semuanya tidak lagi sama. Meski aku merasa kita baik-baik saja, ternyata tidak.

Sepanjang aku mengingat, tidak pernah aku berpikir kamu akan tega mengkhianati aku. Iya, sebesar itu aku menaruh kepercayaan kepadamu. Bukankah rasa percaya juga bagian terbaik dari rasa cinta?

Aku menulis ini ketika aku sedang merindukanmu, tapi untuk memberitahu rindu pun, aku sudah tidak lagi berhak. Mungkin saat aku sedang merindukanmu, dilain tempat sana kamu sedang bertukar cerita, canda tawa, dan pelukan bersama kekasihmu yang baru. Seseorang yang percaya, ia jauh lebih baik dari aku.

Tapi sebentar, bolehkah aku bertanya? Bahwa bukankah perempuan baik tidak akan sampai merebut kebahagian orang lain? Tapi sudahlah, aku tidak menyesali apapun dari kepergianmu. Bahwa aku telah memaafkanmu seluas dirimu tidak setia dariku. Bahwa sampai detik ini aku tidak sampai hati untuk membencimu, sebab untuk apa aku menambah luka dihati dengan membenci selepas kau pergi?

Beberapa saat setelah kehilanganmu, aku menangis. Wajar bukan? Karena aku manusia biasa. Aku memiliki rasa sedih, rasa marah, rasa bahagia, rasa kecewa dan apapun perasaan yang dimiliki manusia biasa.

Saat aku terluka, aku tidak akan berpura-pura kuat padahal aku sedang tidak baik-baik saja. Aku tidak ingin membohongi diri sendiri, karena menangis bukan karena kita lemah melainkan bukti bahwa kita sudah terlalu kuat untuk menahan semuanya sendirian. Namun setelah beberapa lama, sekarang aku merasa lega, akhirnya aku melewati masa-masa sulit itu dengan baik. Kini aku hanya ingin menyampaikan satu hal kepadamu, bahwa aku telah bahagia menjadi aku yang tanpa kamu.

Selamat tinggal masa laluku.
Baik-baik lah di tempatmu yang baru.
Segala yang tanpa aku.

Penakecil—


Sabtu, 13 Juli 2019

P A M I T

Hai, apa kabar?

Aku harap kamu sehat selalu dan bahagia. Aku pamit. Aku menyerah bukan karena lelah berjuang, bukan karena bosan bertahan. Tapi aku punya hati yang harus diselamatkan. Karena sekarang, aku mulai sadar. Ada banyak hal yang memang tidak bisa dipaksakan.

Ternyata, jatuh cinta sendirian hanya membuatku kewalahan. Itulah sebabnya, aku memilih berhenti mengejar. Maaf kalau sikapku terkesan berlebihan, mungkin kamu sempat terganggu atau merasa kesal. Dari caramu mengabaikan, aku mulai paham, itulah bentuk penolakan yang tidak langsung di utarakan dengan lisan. Aku sadar, bukan aku yang kamu inginkan. Terima kasih untuk kebahagian yang tanpa sengaja telah kamu berikan.

Selamat tinggal.
Doakan aku agar bersedia mengikhlaskan tanpa harus terpuruk pada duka yang panjang.

Aide Lestari—
ayuiyuky


Perjalanan Panjang

Aku pernah menjadi perempuan paling bahagia ketika kau mengatakan cinta. Berbunga-bunga, hingga lupa bahwa semua ini bisa saja menjadi luka yang paling hebat. Aku lupa bahwa yang membawaku terbang bisa saja menjatuhkanku ke tempat paling dalam. Dan aku lupa bahwa ini bisa saja hanya sementara, bukan selamanya.

Ratusan hari berlalu, kukira akan baik-baik saja. Yang ku pertahankan dengan sungguh, justru bersikeras menjauh. Hingga sangat sulit ku rengkuh. Kau menjadi asing yang tak bisa ku kenali. Semua yang ku perjuangkan hingga sejauh ini tak berarti lagi. Aku hancur di segala sisi.

Semua terjadi begitu saja, kau mendua dengan sengaja. Perempuan yang kau bersamai ketika masih denganku, perempuan yang kau temui diam-diam tanpa sepengetahuanku, perempuan yang kau banggakan dibelakangku, perempuan yang kau panggil sayang selain aku, dan perempuan yang kau sembunyikan dengan sangat rapi. Aku tak pernah tahu. Karena yang ku tahu, hanya ada kita. Hanya kau dan aku.

Harusnya, jika selama denganku tak kunjung kau temukan kenyamanan, jika denganku tak kunjung kau temui kebahagiaan, katakan. Bukan seperti ini. Menghilang berhari-hari, untuk apa? Ingin dicari? Mengalihkan disetiap ku bertanya, untuk apa? Aku takkan memaksakan seseorang untuk terus bersamaku. Untuk apa lagi mempertahankan yang tak ingin tinggal? Hanya membuang waktu saja kan? Bukan hanya itu, semua yang kulakukan rasanya sia-sia.

Ah, ternyata seperti ini rasanya. Sesak sekali. Ditinggalkan dengan tega, tanpa lambaian tangan, tanpa kata, bahkan tanpa aba-aba. Kenapa? Hujan pun selalu memberi aba-aba dengan mendung nya. Ada apa dengan pergimu yang begitu saja? Pada bagian mana salah ku? Pada celah seperti apa yang membuatmu yakin untuk pergi? Katakan, apa yang membuatmu begitu yakin untuk meninggalkanku?

Hari berlalu, aku harus membiasakan diri tanpamu. Menjalani hari seperti biasa seolah semua baik-baik saja, walau sebenarnya tidak. Satu persatu tentangmu harus ku lupakan dengan paksa, walau sebenarnya aku tak pernah bisa. Bergelut dengan rasa yang berkecamuk dalam dada, ku lakukan setiap hari. Dengan perasaan yang hancur, aku masih bersikeras kau akan kembali.

Mas, semua tentangmu masih tersimpan rapi dalam memori. Aku menyimpannya disebuah kotak yang tak seorang pun tahu selain aku. Ku tempatkan kotak itu disudut ruang paling gelap, hingga berdebu, hingga usang, hingga tak mampu ku kenali lagi bentuknya.

Mas, melupakanmu mungkin bisa ku lakukan, walau dengan waktu yang cukup panjang. Namun untuk segala kenangan yang terjadi, aku tak mampu berjanji.

Bukankah menyedihkan ditinggalkan tanpa alasan?

Mas, aku hanya ingin memberitahumu. Tentang segala hal yang dulu sempat kita rencanakan, kini, harus ku lupakan dengan paksa. Seperti puzzle, semua hal yang kita susun dengan sekuat tenaga, kini berserakan. Banyak bagian yang hilang, bahkan dipaksa hilang.

Tentang janji yang kau ucapkan, semuanya semu. Mungkin kau tak pernah bersungguh-sungguh ketika berjanji padaku. Kau hanya ingin menyenangkan aku. Meredakan tangisku. Iya, semua janjimu kini lenyap. Tak bersisa, hilang.

Tentang banyak mimpi yang kita rencanakan, rupanya harus ku kubur dalam-dalam. Mimpi yang tak pernah menjadi nyata, karena ditinggalkan pemiliknya. Maksudku, kau yang meninggalkan mimpi itu, bukan aku. Karena percuma saja jika hanya aku yang tetap tinggal, semua mimpi yang dulu direncanakan takkan pernah nyata. Sia-sia saja.

Tentang aku yang selalu merengek ketika kau meminta izin pergi. Selalu mampu kau atasi. Mengajakku bertemu, bercerita berjam-jam, terjebak dilampu merah, terjebak karena hujan, bahkan menertawakan hal yang sederhana. Aku merindukan itu.

Tentang cafe ternama hingga jajanan kaki lima, pernah kita datangi. Entah untuk makan bersama, atau hanya memesan minum saja. Duduk berhadapan, atau bersebelahan, bahkan tertawa bersama pernah kita lakukan. Indah? Memang iya. Manusia yang sedang jatuh cinta akan seperti itu.

Tentang lampu merah yang dulu sempat menjadi favorit, kini aku membencinya. Selain terjebak disana, ingatan tentangmu juga terjebak di kepala. Sialnya, aku tak memiliki cara untuk membuang ingatan itu.

Tentang hujan yang menahanmu pergi, kini aku tak menyukainya. Bahkan mendengar suaranya pun aku tak ingin. Karena hanya dengan melihat hujan aku akan semakin mengingatmu. Hujan seperti magis yang menghubungkanku pada kenangan tentangmu. Dan aku membencinya.

Kini, semuanya telah berakhir. Peranku digantikan olehnya. Takkan ada lagi yang membuatmu terjaga hingga larut hanya untuk menemaniku mengerjakan tugas. Takkan ada lagi yang membuatmu basah kuyup hanya untuk memastikan aku baik-baik saja. Takkan ada lagi aku yang berkata rindu dan meminta temu.

Kini, takkan ada lagi kejutan di Februari. Aku harus melewati Februari sendiri, tanpa ucapan romantis. Kini, takkan ada lagi telepon tengah malam di setiap pergantian tahun dari puncak yang kau datangi. Aku akan melewati pergantian tahun sendiri, menatap langit yang semakin gelap. Kini, takkan ada lagi tanggal sakral yang ditunggu, bahkan sebelasku dan duabelasmu tak berarti lagi. Kini, kamu tak perlu susah payah membawa kue dengan segala kejutan ditengah malam. Aku pun begitu, tak perlu lagi datang ke kotamu mengucapkan selamat ulang tahun. Semuanya sudah berakhir.

Mas, perlu kau tahu. Mencintaimu dengan utuh, aku tak pernah menyesal. Karena semuanya ku lakukan dengan sungguh, aku tak pernah main-main dengan rasa yang ku berikan. Yang ku sesali, aku tak bersikeras menahanmu untuk tetap tinggal. Aku tak berjuang habis-habisan agar kau tak pergi. Aku hanya diam tanpa melakukan apa-apa. Hingga akhirnya kau pergi dengan leluasa, jauh, dan semakin jauh.

Jangan menyesal jika yang kau pilih dengan cara meninggalkanku tak memperlakukanmu sebaik aku. Karena percuma saja, mencari yang lebih tanpa mensyukuri yang ada justru membuatmu semakin ingin mencari. Ku beri tahu satu hal, semua yang berawal tak baik, akan memiliki akhir yang tak baik juga.

Terima kasih untuk setiap waktu yang terlewati. Bersamamu, semuanya terasa menyenangkan. Meski tetap saja harus berakhir dengan luka. Terimakasih untuk segala hal yang pernah terjadi. Bersamamu, tak lagi ku rasakan sepi. Meski tetap saja harus berakhir kau yang pergi. Dan terimakasih karena telah memilih aku diantara banyaknya perempuan lain di dunia.

Ya, aku memang perempuan paling egois, karena untuk berbagi hati, aku tak pernah bisa. Maka pergilah. Pergi sejauh mungkin, hingga bayangmu tak bisa ku lihat lagi. Aku akan baik-baik saja tanpamu, meski dengan luka yang parah, meski dengan waktu yang cukup lama, tak apa. Jangan kembali, apalagi meminta temu. Tunggu saja, siapa pemenang sebenarnya. Karena Tuhan tak pernah salah memberikan hukuman pada yang betah menyakiti. Entah sekarang atau nanti, semuanya pasti terjadi.

____________________
Entah dengan keajaiban seperti apa, semoga tulisan ini akan sampai padamu.
Ditulis dalam waktu yang cukup lama, dari perempuan yang masih menyembuhkan luka nya sendirian.

ayuiyuky—


Surat Untuk Mantan Kekasih

Teruntuk kamu, akhirnya sedih juga yang menjadi ujung dari pertemuan kita. Sesuatu yang tidak aku harapkan.

Senja bahkan tak lagi indah di mataku. Segala yang merah hanya akan membuat pedih yang tidak hanya dirasa di mata. Setiap hari sudah mulai sore, aku merasakan takut yang mungkin hanya aku yang merasakan. Sementara sudah setakut itu, aku masih nekat menanyakan sesuatu di dalam hati.

Apa kabar kamu disana?

Aku masih menyukai apapun yang kamu tunjukkan. Kamu masih seseorang yang senyumnya tak bisa digantikan siapa-siapa. Setiap memandang fotomu, aku sering berfikir dan menertawai kenyataan, bahwa ternyata bukan maut lah yang memisahkan kita. Melainkan hanya perkara yang lebih baik. Disisi lain, aku menemukanmu bak orang yang berbeda, yang tak seharusnya.

Mengapa kamu seperti itu? Dan mengapa kamu masih mau berada disana? Yang masih menjadi sesak di dalam dada, mengapa kamu menuduh seseorang lebih baik dariku? Pertanyaan itu seharusnya sudah ku kubur dalam-dalam. Tak ada yang perlu dijawab lagi. Lagi pula, aku pernah menjawabnya sendiri, mungkin ia membuatmu lebih nyaman.

Sesungguhnya, surat ini kubiarkan bersama dengan perasaan percaya. Suatu hari, kamu akan menyesal.

Zarry Hendrik—
ayuiyuky


Ternyata Memang Ada Dia Diantara Kita

Waktu memang tak pernah lupa tugasnya, untuk membuka fakta di depan mata. Sekeras apapun dibalut dengan dusta, apa yang benar akan terungkap juga. Baru sekejap saja kita tak bersama, kamu sudah berdua dengannya. Memposting foto mesra dengan penuh caption cinta.

Sebenarnya, aku sudah berusaha keras untuk tak mendekat pada segala hal tentang kamu. Tetapi, mereka yang pernah menjadi saksi atas kisah kita selalu saja datang membawa berita. Tentu aku harus berbesar hati menerimanya, kan?

Kamu pikir aku senang? Sama sekali tidak. Hanya saja, aku tak bisa menolak meskipun sudah muak. Di depan mereka, aku hanya bisa berkata aku baik-baik saja. Aku sudah tidak terluka. Meski dalam hatiku sendiri pun sulit untuk percaya. Untung saja aku masih bisa tersenyum meski palsu. Di depan mereka yang mendukungku penuh, aku tetap ingin terlihat utuh, walaupun yang benar adalah rapuh.

Aku sudah cukup kuat untuk tak lagi merasa sekarat. Meskipun sekarang aku tahu, kamu berkhianat.

Selamat untukmu yang tengah menari di atas tangisan. Selamat memeluk dia yang lihai mencuri milik orang. Aku akan mencoba berdamai dengan kenyataan, bahwa kamu yang selama ini kusayang, ternyata lemah menjaga kesetiaan. Ada dia yang juga kamu jaga, sebelum diantara kita benar-benar tiada. Aku hanya tak menyangka, akhirnya kamu tergoda juga. Setelah bertahun-tahun bertahan untuk satu nama. Semua kenangan yang masih tersisa akan kupendamkan segera, selamanya.

Suci Indriyani—
ayuiyuky


Renggang

Musim sudah berganti, lagi-lagi penantian ku sampai ke pergantian hari. Suasana malam berubah lagi menjadi pagi. Aku sudah lelah mempelajari, lelah mencari-cari karena disetiap mengapa yang kulemparkan sendiri.

Benarkah keraguanku tentang hubungan kita yang hampir tiba diujung lontar? Aku mulai berpikir bagaimana mengembalikan semua ke posisi semula, ke tempat yang seharusnya tentu saja. Saat kita masih jatuh cinta berdua, saat dunia hanya berputar mengelilingi kita, tapi nampaknya aku sudah kalah telak sebelum kau tolak.

Sesuatu telah membuatmu menjadi juara tanpa ada pertandingannya. Aku mulai merasa hampa, tak ada artinya. Kau tahu maksudku, benar. Kata renggang kini adalah yang paling pantas dalam menggambarkan kita. Jadi, ada bagian dari dirimu yang telah berubah. Tanpa aba-aba kamu tiba-tiba melangkah, menjauh dengan tidak meninggalkan apapun kecuali luka, hingga ketulusanmu tak mudah lagi ku jamah.

Aku memang menyukai perubahan, tapi tidak dengan sikapmu. Aku menyukai sebuah penyelesaian yang baik, tapi tidak dengan perasaanmu. Jangan katakan kita pernah berpisah dengan cara yang baik, karena perpisahan yang baik itu tidak ada. Kalau kita berdua masih baik-baik saja, kenapa kita harus berpisah dan menyudahi segalanya?

Aku percaya, kalau sesungguhnya kita masih mampu untuk belajar dewasa . Kamu tak perlu mencerai beraikan keyakinanku yang ku tata sejak dulu. Cukup katakan kalau kamu sedang merasa bosan dengan hubungan kita, atau ada sifat yang harus aku ganti, jangan malah diam-diam pergi.

Mungkin duniamu bukan lagi aku. Kebahagiaan yang kamu cari tidak lagi ada padaku. Bukan rinduku yang kamu temui. Bukan kesedihanku yang ingin kamu akhiri. Aku bukan lagi sebuah mimpi yang ingin kamu wujudkan. Sehingga kamu memutuskan untuk pergi, mencari tempat dimana kamu bisa dapatkan lagi banyak kebahagiaan.

Aku bukan lagi yang kamu mau. Saat ini keberadaanku bukan lagi yang kamu butuhkan. Mungkin secepatnya kita akan menjadi bagian dari masa lalu.

Nawang Nidlo Titisari—
ayuiyuky


Mencintaimu Saja Sudah Bahagia

Mencintaimu saja sudah bahagia. Aku tahu, aku yang jatuh cinta, bukan dirimu. Aku paham, aku yang memiliki perasaan terlebih dahulu kepadamu. Aku yang diam-diam memperhatikanmu. Yang tanpa pernah kau sadari, atau mungkin kau sadar tapi pura-pura tak sadar

Aku sering mencari perhatianmu aku hanya ingin melakukan sesuatu agar kau melirik aku. Hanya ingin kau tahu ada orang yang dengan sepenuh hati sedang ingin kau tatap. Meski sejujurnya, dengan berada disampingnya tanpa kau tahu perasaanku pun sudah bahagia.

Aku hanya ingin menumpahkan rindu di dadaku, bukan untuk memaksamu memiliki nya. Aku hanya ingin menumpang harap dipeluknya, bukan untuk memaksamu mewujudkan nya. Aku hanya ingin mencintaimu, tanpa pernah memaksamu untuk kembali membalas cinta. Aku hanya ingin melakukan hal-hal yang tak membuat hatiku menyesal nanti bila aku tak melakukannya
Kelak, jika doa-doaku tidak pernah dikabulkan Tuhan untuk bersamamu.

Aku tidak akan pernah menyesal telah memanjakannya dalam pagi-pagiku yang dingin. Dalam malam-malamku yang dingin, dalam rindu-rinduku yang sepi. Tanpa pernah merasakan peluk yang pasti. Karena bagiku, mencintaimu saja adalah hal istimewa. Mencintaimu saja adalah hal yang tidak akan pernah mampu dibeli dengan apapun, oleh apapun. Karena hanya aku yang mampu mencintaimu seperti ini. Dengan mencintaimu saja aku sudah bahagia. Apalagi bila bisa memiliki dan menyatukan hati denganmu.

Boy Candra—
ayuiyuky


Bukan Ingin Mengulang Masa Lalu

Aku tidak bermaksud menagih janji atau menghakimi bahwa kamulah orang yang mengingkari janji.

Aku cukup mengerti, memaksa seseorang yang pergi untuk tetap tinggal, mengemis cinta kepada seseorang  yang ternyata hatinya tak pernah untukku, adalah hal yang sia-sia.

Mungkin kamu tak peduli sekalipun ku jelaskan betapa terlukanya ketika dibuat berharap tanpa berniat memberi kepastian.

Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hadirmu sempat menjadi bagian bahagiaku, walau sebatas di masa lalu.

Untuk itu izinkan aku mengabadikan yang pernah aku arungi denganmu melalui tulisan-tulisanku.
Sebab waktu tidak mengajarkan untuk lupa, waktu hanya membuatku terbiasa tanpamu.
Kadangkala ingatan menyeretku secara paksa ke dalam kenangan, terlebih ketika sepi menggelayuti hati. Aku dibuatnya kembali tenggelam ke labirin masa lalu tentangmu.

Sekali lagi, entah yang ke berapa kali, padamu aku merindu. Dan hanya pada tulisan-tulisanku kamu bisa ku temui lagi dan lagi.

Satu hal yang harus kamu tahu. Percayalah, sebelum kamu mengenalkanku pada luka, kamu pernah jadi yang teristimewa. Satu hal yang juga harus kamu tahu, rindu bukan berarti ingin mengulang masa lalu.

Rina Yunita—
ayuiyuky


Duka Yang Sama

Jauh sebelum keadaan ini ada. Sebelumnya aku sudah pernah menduga, bahwa akan ada masa dimana aku kembali jatuh pada rasa yang sama. Cerita yang sama, luka yang sama, akhir yang sama, duka yang sama, namun dengan orang yang berbeda.

Dan, memang benar adanya. Aku baru saja kembali mengalaminya jatuh cinta yang berakhir duka, sakitnya lebih dari sekedar patah hati biasa. Hingga air mata pun tak lagi mampu memahaminya.

Kembali menyaksikan kepergian, kembali menerima kenyataan, kembali merelakan perpisahan, kembali melupakan janji dan harapan, juga kembali mengubur perasaan dalam-dalam.

Iya, mungkin aku sudah pernah merasakannya, hingga saat duka yang sama kembali terasa, mau tidak mau aku harus bersedia menerimanya. Kemudian aku akan merayakan kehilangan, meski untuk sesaat harus berteman dengan kesedihan. Perlahan-lahan waktu akan membunuh kesepian, hingga setelahnya aku kembali menemukan senyum yang sempat hilang.

Aku berusaha bahagia, dengan rela menyaksikan bahagiaku di sana. Aku baik-baik saja, tanpamu yang pernah begitu akan jaga.

Aideti Lestari—
ayuiyuky


Sebelum Akhirnya Kamu Melepasku

Sebelum akhirnya kamu benar-benar melepasku, aku akan mengingatkanmu. Bahwa mungkin, mungkin bukan kamu yang akan merasa kehilangan.

Setelah kamu melepasku, kamu akan menemukan yang baru. Mungkin, ia tidak akan sesabar aku menghadapi amarahmu. Bisa juga, ia tidak akan kuat menghadapi keras kepalamu. Atau, ia tidak cukup hebat untuk menghadapi sifat kekanak-kanakanmu. Dan kemungkinan yang lain, ialah mungkin ia tidak akan sepandai-pandainya aku dalam memanjakanmu. Maka setelah nanti kamu benar-benar melepasku.

Aku tidak akan lagi menetap disini. Barangkali jika nanti kamu dihantui rasa sesal, percayalah, tidak ada lagi ada aku untuk rasa kehilanganmu. Sebab, aku telah lelah memberi kesempatan untuk kesalahanmu yang terus diulang-ulang.

© Rhia Musikalisasi (YouTube)
ayuiyuky


Perihal Jika Kamu Pergi

Perihal jika kamu pergi, ingat ini. Kamu silahkan saja pergi. Kata ini akan keluar dari mulutku ketika tingkahku sudah menunjukan untuk lepas dari ikatan ini. Tapi akan aku lanjutkan kata-kataku setelah membuatmu mau berhenti melangkahkan kaki.

Aku tidak akan bilang bahwa aku masih sayang kamu, tidak seperti itu. Jika kamu pergi, maka kamu tak akan temukan seseorang yang sepertiku. Aku tak mengutuk, sungguh. Aku hanya berkata seperti itu karena pada kenyataannya adalah benar.

Kamu akan temukan dia yang lebih cantik, mungkin lebih baik dariku, mungkin lebih mandiri atau mungkin bahkan kelak akan mencintaimu lebih dari aku. Tidak aku pungkiri, kamu akan menemukan yang lebih baik dibandingkan aku.

Pasti ada seseorang di luar sana yang seperti itu. Hanya saja, tak akan kamu temukan seseorang yang mampu menerima mu seperti aku. Yang selalu saja meminta maaf atas segala pertengkaran bahkan jika itu karena kesalahanmu yang tak pernah ingin mengecewakanmu.

Sampai disini, aku menangisi mu. Silakan pergi dan temukan yang lebih baik dibandingkan aku. Hanya saja mungkin jika ia berhadapan dengan segala hal yang pernah ku alami bersamamu, dia tidak akan menerima seperti bagaimana aku menerimamu. Tanganku meraih pintu, mempersilakan kamu untuk keluar dari hidupku.

Miadwis—
ayuiyuky


Telah Ku Ikhlaskan Perpisahan

Perpisahan paling menyakitkan ialah tanpa lambaian tangan. Baik-baiklah di perjalanmu yang baru, semoga seseorang yang kau inginkan kau temukan. Terima kasih untuk segala yang terindah juga terbaik.

Aku bahagia, sempat diizinkan sementara waktu membahagiakanmu. Jika telah kau temukan, salamkan dariku untuk seseorang yang baru. Sampaikan ia harus lebih baik dariku dalam mengabarimu, memperhatikanmu, juga menyayangimu.

Dan untukmu, sekeras apapun keras kepalamu. Asal kau tahu, aku pernah memperjuangkanmu lebih keras dari itu.

Pena Kecil—
ayuiyuky


Merasa Kehilangan

Pernahkan kamu terbangun dari tidurmu kemudian saat itu juga kamu merasa kehilangan sesuatu? Kehilangan kebiasaan yang untuk menyapa seseorang "Selamat pagi, Sayang" atau kebiasaan untuk sekedar mengingatkan, "Jangan lupa sarapan ya sebelum memulai aktivitas hari ini" atau apapun kebiasaan-kebiasaan lainnya yang kamu lakukan untuk dia yang tersayang.

Jika kamu pernah merasakannya, atau mungkin saat ini sedang mengalami. Tenanglah, kamu tidak perlu marah atau mengutuk diri atas sesuatu yang telah terjadi. Reaksi yang wajar ketika kamu kehilangan seseorang yang benar-benar kamu cintai.

Kamu hanya perlu membiasakan diri menjadi kamu yang dulu, kamu yang tidak mencintainya. Kamu yang tanpanya, kamu yang tidak mengenalinya, dan kamu yang mulai ikhlas melepas bayang-bayang masa lalu yang melukai. Jangan dipaksakan, cukup mulailah dengan membiasakan diri. Setiap hal yang dilakukan tanpa paksaan, hasilnya akan menyenangkan. Jika itu tentang melupakan, maka kamu akan melupakan seperti tidak sedang melepaskan apapun.

Berilah jeda hatimu untuk menyembuhkan lukanya. Berilah ruang untuk ingatanmu melupakan beberapa kenangan. Percayalah, ingatanmu akan kembali sembuh, tentangnya akan menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja.

Yang paling menyenangkan adalah sesegara mungkin kamu akan kembali jatuh cinta. Maka jangan terlalu lama larut dalam kesedihan atas kehilangan seseorang yang tidak lagi mencintaimu. Hati baik sepertimu pantas memeluk cinta baik, cinta yang menghargai, cinta yang menerima, cinta yang membuatmu meluarbiasakan diri seperti tanpa paksaan, dan cinta yang membawamu dalam satu kebahagiaan dengan mengikatnya menjadi hubungan yang halal.

© Rhia Musikalisasi (YouTube)
ayuiyuky


Setelah Pergimu

Selepas pergimu, aku tak mengenali lagi diriku. Tubuhku masih utuh, jantungku masih baik, masih berdegup, tetapi tak lagi merasa hidup.

Aku tak bisa lagi merasakan cinta sedalam rasa yang ku punya untukmu, sehebat yang pernah ku berikan padamu.

Aku memang bisa selain kamu, tetapi dia tidak akan pernah sampai ke titik itu. Sebuah titik yang pernah kamu tempati dulu. Tempatku mencintaimu dengan keseluruhan aku.

Sungguh aku benar-benar iri padamu yang dengan mudah pergi dariku. Aku tersiksa dengan bayangmu dikepala. Dengan semua tentang kita yang terus menerus menghantam dada.

Kamu tahu? Aku selalu sesak napas setiap kali mengingatmu.

Suci Indriyani—
ayuiyuky


Untukmu

Begini, aku ingin mengatakan sesuatu. Sesuatu yang mungkin akan membuatmu paham tentang aku, semoga.

Aku bukan orang yang akan mendikte Tuhan dengan mengeja namamu disetiap doaku. Bukan, aku bukan orang yang seperti itu.

Aku bukan orang yang terpikat olehmu, lantas menginginkanmu lebih dari apapun. Bukan, lagi-lagi aku bukan orang seperti itu.

Aku memikirkanmu, biarkan pikiranku saja yang seperti itu. Aku terpikat olehmu, biarkan saja. Tanpa perlu ku seret pakai doa, tanpa perlu ku amini sampai terijabah.

Yang aku tahu, jika kau suka, aku suka, lalu ada masa depan yang memang harus kita jalani berdua, kita pasti bertemu, kita akan bersama, sesulit dan sesukar apapun nanti.

Jika usahamu bukan menujuku, bukan berarti aku tak pantas bersamamu, bagaimana jika Allah menakdirkan? Jika usahamu menujuku, tapi aku tak pantas untukmu, bagaimana jika Allah menjodohkan?

Jadi begini, kita cukup berusaha memanfaatkan diri untuk orang yang terbaik versi Tuhan kita. Bukankah menakjubkan, jika kelak kita akan bersama orang yang Tuhan siapkan untuk kita? Dan, siapa yang lebih tahu kecocokan kita selain-Nya?

Bukankah kejutan itu adalah sesuatu yang tidak pernah kita sangka-sangka tapi jadi nyata? Kau tak perlu mendikte-Nya. Ku perbaiki diriku bukan karenamu, kau perbaiki dirimu jangan karena aku.
Kita sama-sama perbaiki niat. Cukuplah Tuhan jadi tujuan, cukuplah Tuhan jadi tempat digantungkannya semua harapan, tanpa perlu alasan apapun, Lillahi Ta'ala kau setuju?

Iya, sekali lagi, kita tak perlu mendikte-Nya. Tapi jangan lupa riuhkan harapanmu tentang sesuatu yang akan mampu membalikkan dirimu, keluargamu, masa depanmu, yang terpenting agamamu.
Bagaimana, apa kau sudah paham? Semoga.

Derda Wirdhaa—
ayuiyuky


Selasa, 09 Juli 2019

Terimakasih dan Maaf

Tak terhitung lagi sudah berapa waktu yang dihabiskannya hingga saat ini. Hebat sekali, berkali-kali diacuhkan tetap tak mau pergi. Tak bisa dipungkiri, memang seperti ada yang hilang jika sehari saja ia tak menghubungiku. Ada rasa rindu, tapi tak pernah ku beritahukan padanya. Biasa saja, aku masih angkuh tak mau mengakui, hingga kini.

Pernah suatu ketika aku benar-benar cemburu padanya. Marah dan ingin memaki di hadapannya. Mengapa harus dia? Teman baikku sendiri. Seseorang yang ku jadikan tempat berbagi cerita, diam-diam menikam ku. Tanpa suara, dengan cepat meruntuhkan percayaku padanya. Aku membencinya, begitupun dengannya. Aku pergi, menjauh dari segala hal tentang mereka.

Mungkin terlihat menyedihkan, namun sebenarnya sama sekali tidak. Ya, aku memang egois. Tidak bisa bersamanya, namun benci ketika tahu ia bersama perempuan lain. Ketika aku bersama pria lain pun, ia seperti baik-baik saja walau sebenarnya  tidak. Mungkin saja ia juga benci melihatku dengan pria lain. Namun ia terlihat biasa saja, ia menerimanya.

Ratusan hari berlalu, ia masih sama seperti di awal bertemu. Masih menjadi yang terdepan ketika aku bersedih. Masih menjadi pendengar yang tak pernah bosan dengan ocehanku. Aku memang tak tahu diri, masih mencarinya ketika merasa sepi. Dan dengan lugu nya, ia tetap menemani. Entah terbuat dari apa hatinya, mengapa kuat sekali?

Semua berjalan normal seperti biasanya. Aku kembali pada rutinitasku yang selalu berputar dengan laboratorium dan jurnal. Begitupun dengannya, kembali dengan pekerjaannya. Ia memang tak pernah secara langsung menyatakan perasaannya, tapi dari temannya aku tahu jika selama ini ia menyimpan rasa. Hingga saat ini pun, ia masih enggan bercerita. Biasa saja, seperti tidak ada apa-apa, namun aku tahu segalanya. Satu hal yang membuatku bertanya, mengapa tak diungkapkan saja? Walau dengan ia menyatakannya pun, aku tak tahu harus menjawab apa.

Aku memang perempuan egois, dan tak tahu diri. Ketika aku pergi hingga larut, sering sekali aku memintanya untuk menjemputku, tanpa pernah menolak ia selalu berkata "tunggu sebentar, aku berangkat" padahal aku tahu jika ia sedang bersama temannya. Aku tahu ia sibuk, namun dengan baiknya ia selalu menyempatkan waktu untukku.

Sudah terbayang baik nya seperti apa? Ya, baik sekali.

Tak banyak yang bisa ku sampaikan. Yang perlu kau tahu, dalam doaku, namamu tak pernah terlewat. Aku hanya meminta kau tetap sehat dan bahagia selalu, walau tidak denganku. Maaf sekali jika dengan menungguku membuang waktumu. Karena seperti yang pernah ku katakan sebelumnya, jangan menungguku sebab akan sia-sia saja. Mungkin baiknya seperti ini, bahagia tanpa pernah menjadi kita. Aku akan melanjutkan jalanku, menemukan atau ditemukan seseorang yang dengan menyebut namanya saja membuat hatiku berdegup kencang, begitupun denganmu.

Dibagian akhir, aku berterimakasih untuk segalanya hingga kini, dan maaf untuk segala hal yang melukai hati.

"Someone will love you, but someone isn't me"

Serang, 9 Juli 2019
ayuiyuky—