Hai mas
Yang wajahnya terhalang tebing jarak
Bagaimana kabarmu?
Semoga selalu baik-baik ya
Bagaimana dengan hatinya?
Masih aku kan yang menempati ruang kecil itu?
Aku rasa, akhir-akhir ini sulit sekali bertemu
Jangankan bertemu, kabar saja mirip sinyal di hutan
Terkadang, aku merasa mirip paparazi
Yang selalu ingin tau dengan kehidupanmu
Tak apa kan?
Kamu tak risih kan selalu dibuntuti oleh paparazi gila sepertiku?
Sungguh, aku hampir gila dengan rindu ini
Harus diapakan rindu yang semakin menggunung ini?
Ya, barangkali rindumu tak segila rinduku
Barangkali cemasmu tak separah cemasku
Barangkali ini hal biasa bagimu
Lalu, jika sudah separah ini harus bagaimana?
Harus menunggu hingga rindu meledak?
Menunggu rindu hingga biru lebam?
Menunggu rindu terkoyak penuh darah?
Iya iya, memang, kamu selalu sibuk dengan duniamu
Jelas, aku tak berhak melarang apapun
Tapi tak bisakah sebentar saja luangkan waktumu?
Aku takkan memintamu menemaniku dari fajar hingga petang
Tenang saja, aku masih tau diri
Otak ku masih normal, tak mungkin aku meminta hal segila itu
Ah, jadi rindu yang dulu
Bagaimana denganmu? Tentu saja tidak mungkin
Tak ada yang harus dirindukan, hanya aku saja yang merindukan hal kecil itu
Jadi bagaimana Mas?
Kapan kesini?