Senin, 29 Mei 2017

Tatkala Pedangmu Menghunus Jantungku

Akhir-akhir ini kau makin sibuk. Adakah yang kau sembunyikan? Adakah orang lain dihatimu? Lebih baik aku mendengar kejujuran darimu, daripada kau berusaha menutupi dan aku berujung mendengarnya dari orang lain. Kau tahu aku tidak suka dianggap bodoh oleh seseorang yang kau anggap pintar. Sudah terlalu banyak janji palsu, kebohongan, dan omong kosong di dunia ini. Tidak perlu ditambah.

Lalu kau tertawa dan berkata, "Aku tidak akan pernah membohongimu, Sayang"
Kini aku tahu, kata-kata itu adalah kebohongan terbesarmu.

Pesan-pesan singkat berisi kata-kata manis untuknya, juga kemesraan kalian, sudah menjadi bukti yang cukup untuk menghancurkan apa yang pernah kita punya. Hatimu membelah diri. Lantas, apa aku mati-matian menjaga janji? Jijik! Aku mual membayangkan apa yang kalian lakukan dibelakangku. Ketika aku khawatir, kau mengkhawatirkan siapa? Ketika aku mencarimu, kau mencari siapa? Ketika aku kehilanganmu, kau kehilangan siapa?

Mereka bilang sebuah kepercayaan itu bagaikan kertas, sekali kusut takkan bisa seperti semula. Dan hanya butuh satu detonasi kebohongan untuk menghancurkan bangunan kisah indah.

Betapa saat ini aku berharap Einstein menemukan konklusi teori mesin waktunya, agar aku bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki semua. Atau setidaknya, cerita kita bisa diedit sehingga beberapa bagian menyakitkan bisa hilang.

Kau mulai luluh sementara aku luluh lantak. Jemarimu mencengkram kuat, mulutmu mencoba menjelaskan. Dan yang bisa ku dengar hanyalah omong kosong. Lepaskan!

Apa kau sadar? Mencari seseorang yang menyukaimu karena kelebihanmu, takkan sesulit mempertahankan seseorang yang bertahan karena kekuranganmu. Karena, yang terindah dari sebuah komitmen adalah ketika ku tahu seseorang yang tetap menyayangimu, tanpa peduli bahwa suatu saat nanti segala kelebihanmu akan hilang. Camkan itu sebelum kau memutuskan untuk berkhianat hanya karena nafsu sesaat.

Semoga kau belajar—meski dengan cara terpahit—bahwa apa yang sudah di perbuat, tak bisa ditarik kembali. Dan kata maaf, tak selalu menyembuhkan.

Fiersa Besari
"Garis Waktu"
------------------------------------------------------------------------
Kegundahan November tahun lalu.
Baru berani di post sekarang, hehe.
Ah, gak apa-apa.
Semoga dibaca sibrengsek yes!
------------------------------------------------------------------------


Sabtu, 27 Mei 2017

Sedari Awal Aku Sendiri Yang Jatuh Hati

Tenang saja, aku tidak akan mengejarmu lagi. Aku akan duduk dengan sedih disini. Aku lelah memahami kamu yang tidak pernah memberikan sesuatu yang pasti. Setiap perasaan butuh kepastian, sementara kamu betah mempermainkan. Kamu dengan seenaknya membiarkan semuanya menggantung tanpa ikatan. Kini kuberi hak penuh padamu untuk menjauh. Aku tidak akan memohon lagi. Aku tidak akan memaksamu kembali. Aku tidak akan menuntut apapun darimu. Cukup hatiku saja yang kamu buat pilu. Pergilah sejauh apapun kamu mampu. Diam-diam aku pun akan memulihkan hatiku lagi, seiring langkahmu berlalu pergi.

Memang akan berat menjalani semua tanpamu. Namun, mengikuti langkahmu terasa mulai membebaniku. Pundakku sudah tidak sanggup menahan sedih. Biarlah semuanya berlalu sudah. Aku tidak ingin mati hanya karena memperjuangkan cinta sendiri. Aku masih ingin bertahan hidup, meski ingatan tentangmu tetap saja sesuatu yang akan terus kuhadapi. Namun, kita telah sama-sama memilih. Aku melepasmu pergi, dan kamu tidak pernah menahan diri untuk tetap disini. Kamu senang saat semuanya akan berakhir sebatas kenang.

Salahku memang yang terlalu cepat percaya pada perasaanku. Semua yang kupikir  akan membuat bahagia. Ternyata hanya kesemuan sementara. Salahku yang membiarkan diri terlanjur cinta. Tanpa sadar semua akan berakhir luka. Namun sudahlah, aku tak pernah menyesali apapun, sebab semuanya sudah sangat patah. Semuanya terasa pedih dan begitu dalam terluka. Aku hanya ingin memulihkan hatiku. Dan, membiarkanmu semakin jauh berlalu. Sedari awal ini perasaanku sendiri, mungkin memang hanya aku yang harus menikmati.

Sebelum pergi, satu hal yang harus kamu ingat. Terkadang, cinta seringkali datang terlambat. Namun, saat kamu menyadari semua itu, mungkin hatiku sudah ku tutup rapat-rapat. Atau, mungkin sudah kutemukan orang yang lain menjelma obat. Jangan pernah tanya kenapa aku memilih menutup hati, sebab menyembuhkan luka juga ku lakukan sendiri. Tak usah ingat-ingat aku. Berlarilah sejauh yang kamu bisa, sebab nanti jika kamu teringat pulang, aku sudah mengirimkan kesepian yang akan membawakanmu setumpuk luka.

Boy Candra
"Senja, Hujan, dan Cerita Yang Telah Usai"


Selasa, 23 Mei 2017

Terimakasih Pernah Bersedia Bersama

Tidak perlu saling menyesalkan. Apa yang pernah terjadi biarlah terjadi. Untuk apa saling menyalahkan? Kalau nyatanya dulu kita pernah sepakat saling menyatukan. Cukup kita saja yang gagal membuat semuanya indah. Bagaimana pun, aku pernah kamu sebut sayang. Begitu pun kamu, pernah menjadi seseorang yang menyemangatiku berjuang. Kita hanya perlu saling berlapang hati, menerima, ternyata kita memang tidak berhasil berjuang menyatukan mimpi.

Bagiku kamu tetaplah kamu. Seseorang yang pernah begitu ku cintai dan ku rindukan di malam-malamki. Seseorang yang pernah ku inginni, meski akhirnya pelan-pelan kusadari, kamu tidak lagi milikku. Kalaupun aku menjauh, bukan berarti aku ingin kamu mati. Aku tidak sebenci itu kepadamu. Ini hanya cara menenangkan diriku sendiri. Bahwa seseorang yang pernah ku peejuangkan sendiri, gagal untuk kumiliki. Aku tidak akan menyesal, sebab apalah artinya sesal, pada kenyataannya kita tetaplah dua orang yang gagal.

Jika suatu hari nanti kita berada ditempat yang sama. Kita datang kesana disengaja ataupun tudak. Kenanglah banyak hal yang pernah di hadirkan. Senja-senja yang mesra. Hujan-hujan penuh asmara. Meski kita tak datang pada waktu yang sama. Harus kamu ingat. Kini kamu dengan seseorang yang lain. Aku pun hidup dengan seseorang yang aku ingin. Tidak, maksudku, sekarang aku bahagia dengannya, bukan siapa-siapa memang. Tak ada status antara aku dan dia. Hanya saja, bersamanya aku nyaman. Aku tak ingin terburu-buru menerjemahkan ini cinta. Aku takut kalau ini hanya pelarian sesaat.

Terimakasih pernah bersedia bersama, meski akhirnya aku menyadari, kamu datang bukan untuk bersama-sama selamanya. Terimakasih untuk hal-hal yang pernah kita jaga, sampai aku terjaga bahwa tidak ada lagi yang membuat bahagia. Hiduplah dengan baik-baik. Suatu hari nanti kamu mungkin merinduknku. Aku pun mungkin saja akan merindukanmu. Tidak ada yang salah. Hanya saja, aku paham, kini aku telah bersama seseorang yang membuatku nyaman. Sebab itu, aku sadar, rindumu yang datang adalah hal yang secepatnya harus ku buang. Terimakasih. Luka dan bahagia yang berakhir perih, tetaplah hal yang menjadikan aku mengerti banyak hak. Sebab, cinta terkadang adalah cara belajar dari hal-hal yang gagal.

Boy Candra
"Senja, Hujan, dan Cerita Yang Telah Usai"


Senin, 22 Mei 2017

Aku Pergi Setelah Menunda Berkali-kali

Kupikir setelah menjauh darimu. Memulai hidup baru. Aku bisa lepas sepenuhnya dari hal-hal yang pernah ada tentangmu. Aku bisa lepas dari perasaan yang belum tuntas kepadamu. Aku bisa melenyapkan segala rindu yang dulu menggebu. Itulah sebabnya aku pergi menjauh. Meninggalkanmu untuk menanggalkan perasaan sayang itu. Aku ingin bahagia. Meski bukan denganmu yang tidak bersedia.

Namun, aku heran kepadamu. Saat aku memilih pergi, kamu seolah menahanku untuk tetap disini. Kamu memberi tanda bahwa kamu sedang belajar menerima. Kamu seolah menunjukan kepadaku, agar aku tetap saja mencintaimu. Dan, semua perlakuan itu membuatku berpikir ulang. Berkali-kali aku menunda pergi. Aku pikir kamu benar akan belajar membuka hati. Namun, semua percuma. Sepanjang waktu yang berlalu yang aku dapat hanyalah luka. Kamu tidak pernah benar-benar menerima. Kamu hanya mempermainkan perasaan yang tak main-main ku rasakan kepadamu.

Kamu tarik ulur hatiku. Kamu ragukan perasaanku, yang begitu dalam hanya menginginkan kamu. Kamu seperti ular, melingkari langkahku. Namun, enggan menjadi bagian dari hidupku. Kamu hanya ingin bermain-main, sementara aku tidak pernah ingin menjadi mainan. Kamu harusnya tau, aku yang sudah terlalu lelah memendam rindu. Itulah mengapa akhirnya aku memilih pergi. Aku memilih mematikan saja semua rasa hati kepadamu. Meski tetap saja ada yang tersisa dan terasa pilu.

Sesekali merenunglah. Apa yang sudah kamu lakukan kepadaku? Bagaimana rasanya menjadi seseorang yang tak pernah diterima? Bagaimana rasanya mencintai seseorang yang hanya ingin mempermainkan perasaanmu? Atau bagaimana rasanya mencintai seseorang yang meragukan perasaanmu? Itu yang ku rasakan. Jika kini akhirnya aku memilih pergi. Lalu, mencintai orang baru. Jelaskanlah, pada bagian mana aku bersalah kepadamu? Tidak perlu dijawab, perasaan padamu tak lagi ada. Meskipun ada, akan kubunuh secepatnya.

Boy Candra
"Senja, Hujan, dan Cerita Yang Telah Usai"


Sabtu, 20 Mei 2017

Hujan Yang Sedih Untuk Kisah Yang Tak Sudah

Dahulu, kita pernah sama-sama menguatkan. Pernah sama-sama takut kehilangan. Kamu adalah seseorang yang ku cintai dengan sangat. Sementara bagimu aku adalah pemilik pelukan paling hangat. Seseorang yang kamu inginkan berlama-lama denganmu. Menikmati hujan dan membunuh waktu. Kita tidak perlu kemana-mana jika sedang berdua. Bersamamu segalanya seolah terasa sempurna. Aku ingin waktu berjalan  lebih lambat, agar bisa menatap matamu lamat-lamat. Menikmati segaka hal yang kamu sembunyikan di balik bibirmu. Mengecup segala keresahanmu akan hal-hal yang menakutimu. Kamu adalah bagian terindah dari hujan, yang membuat aku betah berlama-lama tanpa perlu mengatur tujuan.

Kita sering berdoa agar hujan turun lebih lama. Agar kita terkurung dan memiliki alasan untuk tidak perlu kemana-mana. Sebab, katamu, bersamaku apapun akan terasa lebih hangat. Bahkan betapa dinginnya hujan yang turun, kamu selalu percaya, hujan tak lebih dingin daripada kesendirian yang sering datang. Dan, kamu tak pernah mampu bertahan sendiri. Hujan kala sendiri adalah hidup yang sepi tanpa ampun. Yang kita butuhkan hanya waktu untuk bisa bersama.

Saat hujan semakin lebat kita sering merapalkan mantra-mantra. Seolah apa yang kita bicarakan adalah doa-doa terhebat. Kita mengatur rencana-rencana untuk waktu yang lama. Mengukur setiap hal dengan sesuatu yang kita sebut cinta. Lebih lama hujan turun, lebih lama denganmu, aku merasa hidup lebih berarti dan merasa hidup ini perlu. Itulah hal-hal yang membuatku bertahan. Hujan dan kamu adalah kenangan yang tak pernah lapuk dari ingatan.

Namun, kini seolah sedih dan hujan adalah teman sejalan. Aku tidak lagi bisa memelukmu saat hujan turun. Meski setiap kali hujan turun, aku selalu bisa menemukanmu dalam ingatan. Seseorang yang dulu bersikeras mengajakku bertahan. Katamu, apapun yang terjadi tetaplah denganku. Begitu manis dan selalu menguatkan. Hal yang akhirnya sulit membuatku merelakanmu, bahkan dalam ingatan. Kamu menjadi kisah sedih yang kini meninggalkan pedih. Setiap kali hujan turun aku kembali mengenangmu. Ingin lari, ingin menyudahi, tetapi hati dan segala hal yang pernah terjadi, tak mau lagi peduli. Hujan kini tak lagi semenyenangkan saat bersamamu. Hanya turun dengan rasa rindu yang berakhir pilu.

Boy Candra
"Hujan, Senja, dan Cerita yang Telah Usai"


Jumat, 19 Mei 2017

Ketika Kamu Telah Bahagia

Kadang, aku merasa takut ketika kamu sudah bahagia. Aku seakan dihantui rasa ingin bertanya, apakah ketika bersamaku dulu, kamu tidak merasa bahagia?

Kadang, aku merasa khawatir ketika kamu sudah bahagia. Rasa-rasanya hatiku masih sering bertanya, apakah dibalik senyum itu, kamu masih sering terluka?

Kadang, aku meras kecewa ketika kamu sudah bahagia. Kecewa pada diriku sendiri yang selalu bertanya, apakah sekarang kamu telah menemukan apa yang kamu cari dalam dirinya? Yang tak sedikitpun mampu aku punya?

Kadang, aku merasa sedih ketika kamu sudah bahagia. Pikiranku selalu mengalun mempertanyakan, apakah doaku salah jika sekarang kamu bahagia walau bukan aku sebagai penyebabnya?

Kadang, aku merasa kalah ketika kamu sudah bahagia. Aku merasa mampu memiliki semua tapi memilikimu yang aku cinta, ternyata aku tak bisa.

Kadang, aku merasa hancur ketika kamu sudah bahagia. Melihatmu membanggakannya, masa laluku meronta dan terus menerus bertanya, apakah senyumanmu dulu tak pernah sebahagia sekarang?

Kadang, aku merasa bersalah ketika kamu sudah bahagia. Seakan menemukannya, kau lepas dari kecewa.

Kadang, melihatmu bahagia bersamanya, aku dipenuhi rasa ingin bertanya. Apakah jika suatu hari orang-orang bertanya tentang kabarku, kamu akan mulai bercerita dengan bijaksana?

Seperti aku.

Yang selalu menceritakanmu.

Di sini.

Dengan bahagia.

Brian Krishna
"Merayakan Kehilangan"


Kamis, 18 Mei 2017

Ketika Duniamu Hancur Berkeping-keping

Ku dengar seseorang berhasil menghancurkan hatimu. Hampir saja aku- yang terbiasa bertebuk sebelah tangan ini- bertepuk tangan sambil memuji-muji karma. Tapi, mana mungkin aku tega melihatmu berduka? Orang bodoh macam apa yang membiarkanmu terluka? Kau yang ku yakin tercipta saat tuhan sedang gembira, sebenar-benarnya pantas mendapaatkan yang terbaik. Atau, jika tidak, izinkanlah aku mencoba memberikan yang terbaik.

Kau menangis deras. Katamu, ia pergi meninggalkanmu kedinginan di ujung bumi. Bahkan disaat seperti ini, kau masih berusaha tegar. Kita sama. Entah terlalu pintar menyembunyikan perasaan, atau terlalu bodoh untuk menyatakan. Sudahlah... sesekali tak apa menjadi manusia biasa. Wajar untuk terluka, untuk membutuhkan tempat bersandar, untuk tidak baik-baik saja. Bahkan orang terkuay dimuka bumi pun pernah berkabung. Sembuh itu butuh waktu, bukan paksaan. Saat semua berjalan tidak semestinya, kita bisa mengangkat tangan untuk menyerah atau mengangkat tangan untuk berdoa. Kuharap kau memilih yang kedua.

Ayolah, hentikan isakanmu. Apa harus memprioritaskan orang yang hanya menjadikanmu pilihan? Kau bukan pilihan ganda, dia bukan jawaban, dan hidup kalian bukan kertas ujian. Bukan rezeki dia, tapi rezekimu untuk kelak dapat seseorang yang bisa memprioritaskanmu. Yang tidak punya hati jangan dimasukkan dalam hati. Yang tidak punya perasaan jangan dibawa perasaan. Yang main-main tidak perlu dianggap serius.

Kalau kau sedang rapus, simpan sejenak hatimu. Biarkan 'proses' dalam 'waktu' menyembuhkan. 'perasaan' memang tidak bisa diburu-buru, tapu juga jangan berlama-lama meratapi seseorang yang tidak bisa menghargaimu. Dekatkan dirimu pada orang-orang yang membuatmu bahagia. Merekalah yang harus kau jaga. Yang lainnya hanya menumpang lewat. Jadi, swbelum menoleh ke belakang, pastikan kau lihat seseorang yang menantimu di depan. Mengenang masa lalu bukan berarti harus mengulang. Kalau dia tidak bisa menghargai kesempatan baik yang kau beri, beri dirimu sendiri kesempatan untuk mendapatkan kisah yang lebih baik. Karena orang yang benar-benar peduli akan menghentikan air matamu jatuh, bukan membuat air matamu jatuh.

Ketahuilah, beberapa tangan melepaskan genggamannya saat hidupmu bertambah sulit agar tanganmu kosong dan bisa digenggam oleh seseorang yang takkan pernah melepaskanmu.

---------------------------------------
Seseorang yang tepat tak selalu datang tepat waktu. Kadang ia datang setelah kau lelah disakiti oleh seseorang yang tidak tau cara menghargaimu.
---------------------------------------

Fiersa Besari
"Garis Waktu"


Rabu, 17 Mei 2017

Selamat Ulang Tahun

Selamat ulang tahun Mas
Kemarin adalah hari lahirmu
Aku hampir lupa dengan tanggal itu
Sungguh.

Selamat ulang tahun Mas
Bagaimana di 25 tahunmu sekarang?
Kau bahagia?

Selamat ulang tahun Mas
Semoga bahagia selalu menyertaimu
Semoga hanya tawa yang kau dapat
Bukan tangis dan air mata

Selamat ulang tahun Mas
Bagaimana diulang tahunmu sekarang?
Adakah kejutan malam-malam seperti tahun-tahun yang lalu?
Adakah wajahmu yang belepotan dengan kue?
Adakah hadiah special dari seseorang?

Selamat ulang tahun Mas
Rasanya ingin aku mengatakan langsung
Datang ke kotamu dan membawa kue
Lalu ku dapati kamu tersenyum
Dan berbisik "terimakasih sayang, aku bahagia"
Seperti dulu.
Ah aku gila.

Selamat ulang tahun Mas
Tak tau lagi harus berkata apa
Aku benar-benar ingin datang ke kotamu
Walaupun sebenarnya aku bisa saja datang ke kotamu untuk memberikan kejutan
Tapi, siapa aku sekarang?
Tak jadi siapa-siapamu lagi
Hanya perempuan yang (dulu) dijadikan tempat singgah.

Selamat ulang tahun Mas
Semoga perempuan yang kini bersamamu
Memberikanmu kejutan lebih special dariku
Semoga hadiah darinya lebih membuat kamu tersenyum

Selamat ulang tahun Mas
Sebenarnya ada hadiah yang sudah ku siapkan
Tapi, tak usah kamu tau
Kotak yang sudah ku persiapkan jauh hari ini
Akan ku simpan saja, di sudut kamar hingga berdebu
Hingga usang dan tak ku kenali bentuknya lagi

Selamat ulang tahun Mas Kumis ku
Yang pernah membuatku tertawa sekaligus menangis
Sudah lewat satu hari
Maaf karena terlampat mengucapkan

Selamat ulang tahun sayang!
*Sayang mbahmu, beraninya manggil sayang*

Sedikit gubahan
Tumblr : aksaranyata


Entahlah

Ada alasan mengapa kau memilihnya ketimbang memilihku. Entahlah; mungkin bagimu, dirinya lebih membahagiakan ketimbang diriku. Aku menghargai itu. Kau nyatanya hanya sedang menunggu, namun tidak menunggu aku.

Ada sesuatu darinya yang tak dimilikiku. Entahlah; mungkin kesempurnaannya dimatamu itu mampu mengisi ketidaksempurnaanmu- yang padahal selalu terlihat sempurna dimataku.

Ada sebab mengapa kau menghindar setiap aku menanyakan perihal kita. Entahlah; mungkin kau enggan melepas aku ketika menunggu. Mungkin kau takut menunggu sendirian. Mungkin kau takut bertemu orang yang salah. Oleh karena itu kau menggenggam tanganku pada satu periode tertentu. Kau tak mau menjawab. Entahlah; kau tetap diam dalam setiap pertanyaan.

Ada kemudahan yang terlihat dari rona tubuhmu ketika melepas tanganku. Entahlah; mungkin aku yang tak terlalu membekas dalam hatimu. atau mungkin juga kau sudah menemukan sosok benar bagimu- sehingga melepaskanku, kau lakukan tanpa ragu-ragu.

Ada pertanyaan dalam benakku ketika kau masih menghubungiku. Entahlah; mungkin aku masih menjadi sosok pengisi waktu favoritmu. Yang dicari ketika cintamu pergi, yang ditinggalkan ketika cintamu kembali.

Ada pemikiran-pemikiran lucu muncul dalam benakku mengingatmu. Entahlah; aku tetap banyak mengingatmu, walau bodohnya dulu aku pernah ditinggalkanmu lebih dari satu.

Ada usaha-usaha yang kau lakukan unuk tetap denganku. Entahlah; mungkin kau masih rindu nyamannya tertawa denganku. Padahal aku sadar. Aku bisa dengan mudah hadir kembali dan merusak segala apa yang tengah kau bangun. Namun aku memilih untuk tetap pergi. Karena bahagiamu tidak lahir dari bahagiaku.

Ada senyum kecil lahir dari bibirku ketika membaca tulisan ini lagi. Entahlah; mungkin karena dulu aku pernah jatuh cinta dengan seorang penipu.

Brian Khrisna
"Merayakan Kehilangan"


Selasa, 16 Mei 2017

Aku Hanya Kasihan Melihatmu

Jangan mengira aku sepenuhnya kau kalahkan. Meski mungkin saja beberapa hal memang kau menangkan. Namun, bagiku, perihal perasaan bukanlah hal yang patut dijadikan pertaruhan. Aku tak mempertaruhkan apa-apa atas seseorang yang pernah ku cintai sedalam hatiku. Jika kini dia berpaling dan memilihmu, sementara aku pada saat dia melepaskanku, masih teramat cinta. Artinya, memang dialah yang tidak setia. Kekasihku, maksudku mantan kekasihku yang kini kau banggakan menjadi kekasihmu itulah yang lemah menjaga hati. Dialah yang mempertaruhkan perasaannya kepadamu. Apa kau tidak pernah berpikir, bagaimana kalau ternyata dia menginginkanmu hanya karena sesuatu yang semu? Hal yang bisa jadi suatu saat nanti tak kau miliki lagi. Lalu, apakah kau pernah memikirkan bagaimana kalau suatu hari nanti dia juga melakukan apa yang dia lakukan kepadaku, terhadap kamu.

Santai saja, jangan terlalu tegang karena satu paragraf diatas. Aku hanya sedang membagi cara pandang akan sesuatu. Cara melihat dampak dari sebuah pilihan yang katamu sudah memilihmu. Aku akan tetap mengakui, jika harus, kau tetaplah pemenang atas kisah ini. Namun, tidak semua hal yang dimulai dengan baik  akan berakhir baik. Apalagi hal yang dimulai dengan cara yang tidak baik, mungkin saja nanti akan berakhir jauh tidak baik. Apa kau tak pernah menyadari, kau hanya seseorang yang dengan terburu-buru dia cintai. Bisakah kau jamin perasaan sayangnya kepadamu, dengan segala yang terjadi selama ini adalah perasaan sayang yang murni?

Coba ingat-ingat lagi, apa yang membuat dia akhirnya meninggalkanku lalu berpaling padamu? Atau kau tidak pernah memikirkan satu hal dengan baik untuk memulai hal baru? Apa kau tidak memperhitungkan suatu saat nanti, apa yang kau tanam itulah yang kau tuai? Memang benat, 'masa lalu seseorang biarlah menjadi masa lalunya saja', tetapi tidak semua bisa dibiarkan begitu. Apalagi untuk urusan-urusan yang belum selesai, atau hal-hal yang dipaksakan terlihat selesai. Apa kau tidak berpikir; bagaimana kalau dia tak pernah bisa melupakan aku? Apa kau bisa menjamin, kalau ternyata kau hanya orang yang menjadi ambisinya.

Pahamilah, ambisi dan benar-benar cinta itu tipis jaraknya. Tidak ada yang bisa menjabarkan dengan pasti. Namun, dari gejala yang terjadi, bagaimana seseorang mulai mendapatkanmu. Harusnya kau bisa menganalisa semua itu. Percayalah, aku sama sekali tidak berharap dia kembali padaku. Bagiku, pengkhianat tak layak memiliki tempat dihidupku. Aku telah mengubur dia bersama kisah yang pernah kami punya. Aku hanya kasihan melihatmu. Seseorang yang menganggap cinta begitu sempurna. Merasa menang telah mendapatkan hati seseorang yang kau pikir mencintaimu. Sebenarnya, kau sama sekali tidak mengenalnya. Kau tidak paham, bahwa setiap yang liar, pada akhirnya akan tetap menjadi liar.

Boy Candra
"Sebuah Usaha Melupakan"