Jangan mengira aku sepenuhnya kau kalahkan. Meski mungkin saja beberapa hal memang kau menangkan. Namun, bagiku, perihal perasaan bukanlah hal yang patut dijadikan pertaruhan. Aku tak mempertaruhkan apa-apa atas seseorang yang pernah ku cintai sedalam hatiku. Jika kini dia berpaling dan memilihmu, sementara aku pada saat dia melepaskanku, masih teramat cinta. Artinya, memang dialah yang tidak setia. Kekasihku, maksudku mantan kekasihku yang kini kau banggakan menjadi kekasihmu itulah yang lemah menjaga hati. Dialah yang mempertaruhkan perasaannya kepadamu. Apa kau tidak pernah berpikir, bagaimana kalau ternyata dia menginginkanmu hanya karena sesuatu yang semu? Hal yang bisa jadi suatu saat nanti tak kau miliki lagi. Lalu, apakah kau pernah memikirkan bagaimana kalau suatu hari nanti dia juga melakukan apa yang dia lakukan kepadaku, terhadap kamu.
Santai saja, jangan terlalu tegang karena satu paragraf diatas. Aku hanya sedang membagi cara pandang akan sesuatu. Cara melihat dampak dari sebuah pilihan yang katamu sudah memilihmu. Aku akan tetap mengakui, jika harus, kau tetaplah pemenang atas kisah ini. Namun, tidak semua hal yang dimulai dengan baik akan berakhir baik. Apalagi hal yang dimulai dengan cara yang tidak baik, mungkin saja nanti akan berakhir jauh tidak baik. Apa kau tak pernah menyadari, kau hanya seseorang yang dengan terburu-buru dia cintai. Bisakah kau jamin perasaan sayangnya kepadamu, dengan segala yang terjadi selama ini adalah perasaan sayang yang murni?
Coba ingat-ingat lagi, apa yang membuat dia akhirnya meninggalkanku lalu berpaling padamu? Atau kau tidak pernah memikirkan satu hal dengan baik untuk memulai hal baru? Apa kau tidak memperhitungkan suatu saat nanti, apa yang kau tanam itulah yang kau tuai? Memang benat, 'masa lalu seseorang biarlah menjadi masa lalunya saja', tetapi tidak semua bisa dibiarkan begitu. Apalagi untuk urusan-urusan yang belum selesai, atau hal-hal yang dipaksakan terlihat selesai. Apa kau tidak berpikir; bagaimana kalau dia tak pernah bisa melupakan aku? Apa kau bisa menjamin, kalau ternyata kau hanya orang yang menjadi ambisinya.
Pahamilah, ambisi dan benar-benar cinta itu tipis jaraknya. Tidak ada yang bisa menjabarkan dengan pasti. Namun, dari gejala yang terjadi, bagaimana seseorang mulai mendapatkanmu. Harusnya kau bisa menganalisa semua itu. Percayalah, aku sama sekali tidak berharap dia kembali padaku. Bagiku, pengkhianat tak layak memiliki tempat dihidupku. Aku telah mengubur dia bersama kisah yang pernah kami punya. Aku hanya kasihan melihatmu. Seseorang yang menganggap cinta begitu sempurna. Merasa menang telah mendapatkan hati seseorang yang kau pikir mencintaimu. Sebenarnya, kau sama sekali tidak mengenalnya. Kau tidak paham, bahwa setiap yang liar, pada akhirnya akan tetap menjadi liar.
Boy Candra
"Sebuah Usaha Melupakan"
0 komentar:
Posting Komentar