Aku telah memahami banyak hal dari apa-apa yang sudah kita lalui. Segala perjalanan panjang yang telah susah payah kita lewati. Bahwa membangun cinta pada usia kita, bukan perihal aku dan kamu saja. Bukan soal bagaimana cara terus menerus berjalan berdampingan. Namun, tentang bagaimana dan menjadi apa kekasihnya di masa depan. Aku tahu bahwa semua itu perlu. Sebab, sebuah kepastian tidak perlu lagi ditunggu. Aku yang terus berjuang mati-matian demi kamu. Dan, kamu yang tetap saja resah menunggu ketidakpastian dari aku.
Maafkan aku apabila selalu membuatmu resah dan gelisah. Segala hal yang kuperjuangkan hanya agar kamu segera bahagia. Tidak ada maksud untuk membuatmu menungguku dengan sia-sia. Jikalau memang kamu mulai meragukan aku dengan segala rencana yang telah aku tata. Aku paham, bahwa bagimu aku memang bukan seseorang yang bermakna. Aku bukan seseorang yang menjadi apa-apa. Aku hanya bermodal cinta saja, yang setia menjagamu dari malam hingga pagi buta.
Harusnya aku memahami dari dulu. Bahwa segala hal yang telah kuperjuangkan. Hanyalah kesia-siaan yang terhenti ditengah jalan. Kamu menyerah pada banyak hal yang telah kita cita-citakan. Lalu, memilih orang lain yang penuh dengan kepastian. Yang selalu bisa kamu bangga-banggakan disetiap keberadaan. Wajar memang. Sebab, aku hanyalah orang yang mencintaimu dengan banyak kegagalan. Namun, satu hal yang perlu kamu camkan. Aku tidak akan berhenti disini sebab kamu memilih pergi. Jika kelak kita dipertemukan kembali. Aku tidak ingin mengulang apapun yang telah kita lalui. Cukup sampai disini luka itu kita sudahi.
Sakit memang rasanya. Seseorang yang telah kujaga dari senja ke senja. Tiba-tiba memilih hilang entah kemana. Meninggalkan perih di dalam dada. Menanggalkan segala bahagia yang sama-sama kita jaga. Kamu seolah lupa, kita pernah sama-sama terluka dan berjanji untuk saling menyembuhkan juga. Kini, bagiku kamu hanyalah seseorang yang mudah menyerah dan memilih berhenti berjuang. Memilih hati lain sebagai tempat singgah, lalu mengaku sebagai pemenang.
Luka - Eki Lesmana
0 komentar:
Posting Komentar