Jumat, 05 Januari 2018

Kau Tidak Pernah Benar-benar Pergi

Kepada yang sudah pergi.

Aku sungguh ingin kau mengetahui beberapa hal penting ini. Anggaplah, ini adalah sebuah pengakuan paling jujur yang kubuat, setelah tak lagi ada kau di sampingku. Bukan, ini bukan bertujuan agar aku jadi orang yang akan kau kasihanilah. Namun agar kau tahu, bahwa kehilangan seorang yang begitu dicintai, adalah luar biasa sulit. Kelak, pada siapa pun nanti, kumohon jangan seenaknya datang, lalu pergi.

Tahukah kau, bahwa bagiku yang pergi hanya sosokmu. Namun kenangan dalam kepalaku, tidak. Yang kuhapus hanya pesan-pesan dan nomor teleponmu. Namun, inginku mendengar suaramu, tidak.

Apakah di sini aku sudah nampak begitu memprihatinkan?

Pernahkah terpikir sejenak saja dalam benakmu, bahwa bagiku, yang hilang dari rumahku hanya bayanganmu. Namun, undangan dari dalam hati untuk selalu melihat sosokmu, tidak. Sesekali, aku masih mencuru waktu untuk melihat foto-fotonya.

Apakah dengan ini, kau sadar betapa kau kurindukan?

Bagiku, yang hilang dari tempat favorit kita, hanya sosokmu saja. Hanya ragamu saja. Karena aku masih selalu setia mengunjunginya, sekadar mengingat-ingat kembali apa yang sudah kita lalui di sini. Begitu banyak. Begitu banyak, dan aku tak rela melupakannya begitu saja.

Pada akhirnya, aku sampai pada sebuah kesimpulan. Barangkali, yang begitu cinta, hanya aku. Sedangkan kau, tidak.

Tia Setiawati – Perempuan Penggenggam Rindu.


0 komentar:

Posting Komentar