Aku tidak bisa tidur meskipun aku berusaha untuk memejamkan mataku. Kamu ada di langit-langit kamarku, semakin membesar di dadaku dan berlalu lalang di otakku. Aroma tubuhmu selalu menyeruak setiap kali aku berusaha mengusir rindu ini. Aku merasa tidak adil ketika merindukanmu, tak adil karena aku tak bisa segera memelukmu. Tak adil karena aku tak bisa langsung menatap wajahmu. Tak adil karena aku tak bisa memastikan kamu baik-baik saja.
Aku di depan laptopku, sambil memandangi fotomu. Aku merasa kamu sungguh ada disampingku. Ah, seandainya kamu benar ada disini, aku akan memelukmu erat agar kamu tak lagi pergi. Aku akan bersandar dipundak ternyaman yang pernah aku jadikan tempat bersandar.
Aku rindu menatapmu tertawa. Aku rindu melihat senyumanmu. Aku rindu semua yang ada pada dirimu, seandainya jarak ratusan kilometer ini tak jadi penghalang, tentu kita tidak perlu menunggu dan menanti lagi sebuah pertemuan langka berikutnya. Pertemuan berhari-hari yang direncanakan namun hanya beberapa jam kita bertemu. Sungguh, ini tak adil.
Aku berharap pagi ini, aku sedang berada dikotamu. Dan kita bisa menikmati udara pagi bersama, berjalan beriringan sambil bergenggaman tangan. Ah, aku berkhayal terlalu jauh. Lagi dan lagi kita dikalahkan oleh jarak. Selalu, jarak selalu memenangkan pertempuran rindu yang ada.
-Dwitasari
0 komentar:
Posting Komentar