Senin, 19 Desember 2016

Si Lemah VS Si Kuat

Langit
Tidak lelah menyelimuti bumi setiap saat?
Bumi
Tidak berat di injak-injak setiap saat?
Matahari
Tidak bosan selalumenghangatkan bumi?
Bulan
Tidak jenuh hanya datang saat malam?
Hujan
Tidak sakit jatuh berkali-kali?

Kenapa kalian begitu kuat?
Diabaikan pun selalu hadir
Di maki pun tak mau pergi
Hebat sekali

Lalu, aku?
Kenapa tak sekuat kalian?
Menanggung rindu saja dibuat gila
Lemah kan?


Minggu, 18 Desember 2016

Rindu Yang Kini Asing

Semuanya menguap
Rindu yang dulu selalu terucap
Kini hilang bagai asap

Aku rindu
Kamu (mungkin) tidak
Tak apa, sudah biasa

Berteriak rindu, percuma
Berteriak ingin bertemu, tak usah
Nikmati saja sepi ini
Semuanya akan baik-baik saja

Seketika bibirku keluh
Telingaku tuli
Terdengar maupun terucap
Keduanya, tak pernah ada lagi

Dulu, aku berteman dengan rindu
Setiap waktu pasti bertemu
Kan, jadi rindu yang dulu

Kini, kata rindu terasa asing
Sepinya hanya membuat bising
Sampai membuat pusing

Sudah, cukup doakan
Rindu tau kemana ia harus pulang


Sabtu, 29 Oktober 2016

Untukmu

Untukmu aku punya sekotak lisan; yang merembes keluar dari dalam pikiran. Sayang, mereka menolak untuk disampaikan, karena yang terdahulu pun masih menunggu jawaban.

Untukmu aku punya sekotak rasa berwarna merah jambu; yang manis juga abu-abu. Yang kadang meragu dan tak jarang setia menunggu.

Untukmu aku punya sekotak permintaan; yang sengaja aku sampaikan di sela-sela pertemuan dengan Tuhan. Kata-Nya, mohon bersabar.

Untukmu aku punya sekotak pertanyaan; timbul tenggelam menertawakan aku yang kesulitan memejam kala malam; yang dalam kelopak mata, aku seakan menyaksikan kamu perlahan melesap bagai asap.

Untukmu aku punya sekotak harap; semoga tidak terlalu pengap disimpan dalam tumpukkan rapalan doa yang senantiasa berkilap-kilap.

Untukmu, aku hanya berharap agar kamu lebih mengerti arti rindu dan pertemuan.
Pulanglah, aku menunggu.

Serang, 29 Oktober 2016
Ditemani rintik hujan dan dekapan angin.

(-biashujan-)


Rabu, 26 Oktober 2016

Aku Masih Baik-Baik Saja

Ini bukan yang pertama, aku duduk sendirian dan memperhatikan beberapa tulisan yang berlalu lalang. Setiap abjad yang tersusun dalam kata terangkai menjadi kalimat yang sebenarnya tak ingin kubaca; sama seperti kamu yang terus berlalu lalang di otakku, terus hinggap dalam ingatan.
Ini bukan yang baru bagiku, duduk berjam-jam ditemani laptop dan tumpukan tugas yang setiap hari terus bertambah; sama seperti beban pikiran yang kian bertambah, membuat pusing.
Ini bukan lagi hal yang aneh bagiku. Ponsel yang (memang) selalu sepi; terkadang ramai, itupun chat grup kelas. Chat darimu? Hanya sesekali. Tak apa, mungkin kesibukanmu membuatmu lupa mengabari perempuan yang setia menunggu.
Kekosangan itu sudah berganti-ganti wajah sejak tadi, namun aku tetap menunduk, mencoba tak memperdulikaan keadaan. Karena jika terlalu terbawa emosi, aku bisa mati iseng sendiri.
Kali ini aku takkan menjelaskan tentang kesepian, bercerita hal abstrak yang sulit kamu pahami, ataupun hal sepele yang membuatmu bosan mendengarnya. Aku tau, kamu sulit diajak basa basi. Tenang saja, akan ku pendam lagi. Otakku masih kuat menampung segala hal absurd yang kamu anggap tak penting itu.
Ini hanya cerita sederhana yang mungkin tak pernah ingin kamu dengar sebagai pengantar tidurmu. Kamu tak suka jika ku ceritakan tentang air mata bukan? Bagaimana kalau ku alihkan air mata menjadi senyum pura-pura? Tentu saja, kamu takkan melihatnya, sejauh yang ku tau kamu tak perduli.
Entah mengapa, akhir-akhir ini sepi sekali. Aku seperti berbisik dan mendengar suaraku sendiri. Namun, aku masih saja heran, dalam gelapnya malam ternyata ada banyak cerita yang sempat terlewatkan. Ah, sekarang pasti kamu sedang membuang muka, tak ingin menengok hal-hal manis yang dulu.
Mas, aku saja selalu merindukannya.
Kamu tidak merindukannya?
Yakin?
Yasudah, tak apa.
Sampai detik ini, aku masih baik-baik saja.


Jumat, 21 Oktober 2016

Aku Rindu, Kamu?

Sepertinya kabar bukan hal penting lagi untukmu
Sepertinya temu bukan lagi hal sakral untuk meleburkan rindu
Sepertinya aku harus belajar terbiasa dengan sering 'menghilang' nya kamu
Yasudah, mau bagaimana lagi?
Aku terima
Aku wanita kuat, tenang saja
Ibuku tak pernah mengajarkanku untuk mengeluh
Perlahan aku mulai terbiasa dengan semuanya
Tak apa, hatiku baik-baik saja
Hariku masih berwarna dengan kegilaan dikampus
Tawaku masih terbahak bersama sahabatku

Kamu tak tau kan apa saja yang aku lakukan akhir-akhir ini?
Kamu tak tau jam tidurku sekarang
Kamu juga tak tau bagaimana pola makanku sekarang
Bahkan, kamu tak pernah tau aku pernah menangis hanya karena tanganku pegal menulis berlembar-lembar folio
Tak apa, kamu tak perlu tau
Aku masih baik-baik saja

Tapi, apa tak rindu denganku?
Tak rindu duduk dan tertawa bersama denganku?
Tak rindu menunggu lampu merah berganti hijau denganku?
Tak rindu saat hujan-hujan nan denganku?
Hei Mas, aku saja rindu masa kamu tidak?


Minggu, 09 Oktober 2016

Pesan Untuk Rindu

Seketika aku benci pada rindu
Ia selalu mengoyakkan hati
Selalu datang tanpa permisi
Selalu menetap berhari-hari
Tak mau pergi
Lalu, aku harus apa?
Memaki rindu agar tak kembali?
Iya?
Rindu, bisakah datang dengan pasti?
Bukan hanya bayang semu
Bukan seperti angin malam
Bukan seperti pelangi
Bukan itu yang ku maksud
Hmm..
Maaf rindu, aku sering memakimu
Aku sering bertarung denganmu
Kau baik-baik saja bukan?
Kau tidak terluka?
Kau tidak lebam kan?
Wujudmu masih utuh?
Syukurlah
Rindu, kali ini aku tak akan memakimu (lagi)
Jika ingin datang, datanglah
Aku takkan memaksamu (lagi) untuk datang
Pintuku terbuka untukmu, kapan pun
Jangan takut, aku sudah berjanji padamu
Aku akan baik sekarang
Ketuk saja pintu saat kau ingin datang
Aku pastikan selalu menunggu dibalik pintu
Tapi, pesan ku rindu
Beri sedikit ruang untukku, sebentar saja
Aku sesak, ingin bernafas
Tak usah risau, bukan salahmu
Ini salahku, terlalu sering memakimu


Kamis, 29 September 2016

Paparazi G I L A

Hai mas
Yang wajahnya terhalang tebing jarak
Bagaimana kabarmu?
Semoga selalu baik-baik ya
Bagaimana dengan hatinya?
Masih aku kan yang menempati ruang kecil itu?
Aku rasa, akhir-akhir ini sulit sekali bertemu
Jangankan bertemu, kabar saja mirip sinyal di hutan
Terkadang, aku merasa mirip paparazi
Yang selalu ingin tau dengan kehidupanmu
Tak apa kan?
Kamu tak risih kan selalu dibuntuti oleh paparazi gila sepertiku?
Sungguh, aku hampir gila dengan rindu ini
Harus diapakan rindu yang semakin menggunung ini?
Ya, barangkali rindumu tak segila rinduku
Barangkali cemasmu tak separah cemasku
Barangkali ini hal biasa bagimu
Lalu, jika sudah separah ini harus bagaimana?
Harus menunggu hingga rindu meledak?
Menunggu rindu hingga biru lebam?
Menunggu rindu terkoyak penuh darah?

Iya iya, memang, kamu selalu sibuk dengan duniamu
Jelas, aku tak berhak melarang apapun
Tapi tak bisakah sebentar saja luangkan waktumu?
Aku takkan memintamu menemaniku dari fajar hingga petang
Tenang saja, aku masih tau diri
Otak ku masih normal, tak mungkin aku meminta hal segila itu
Ah, jadi rindu yang dulu
Bagaimana denganmu? Tentu saja tidak mungkin
Tak ada yang harus dirindukan, hanya aku saja yang merindukan hal kecil itu

Jadi bagaimana Mas?
Kapan kesini?


Kamis, 15 September 2016

Lampu Merah

Apa yang terpikirkan ketika mendengar kata "lampu merah"? Pasti menunggu, iyaa me-nung-gu. Menunggu lampu berganti menjadi kuning sampai hijau. Membosankan bukan? Apalagi jika sedang terburu-buru.
Kau tahu apa yang spesial dari lampu merah? Bukan hal yang spesial, sungguh. Ini hanya tentang perempuan yang menyukai lampu merah. Memang, terkadang lampu merah membuatnya bosan menunggu, namun lain cerita jika dia menunggu lampu tersebut berganti dibalik punggung seseorang. Rasa nya perempuan itu ingin memeluknya dari belakang, tapi apa daya perempuan itu hanya mampu bersandar dipundaknya. Bahkan, hanya bersandar dipundaknya saja sudah membuatnya senang. Lebay? Tak apa, toh tak merepotkan siapapun.
Baginya, lampu merah selalu mempunyai cerita. Lampu merah selalu membuat nya ingin berlama-lama berada di balik punggung nya. Karena berlama-lama dibalik punggung nya membuatnya nyaman.
Sekarang, tiba-tiba saja perempuan itu merindukan lampu merah. Tiba-tiba saja perempuan itu merindukan duduk dibalik punggungmu. Tiba-tiba saja perempuan itu merindukan semuanya. Perasaan macam ini? Benar-benar dibuat gila.


Kamis, 01 September 2016

Kebohongan Perempuan

Banyak hal tak ia suarakan
Karena diamnya adalah bahasa seribu kekecewaan
Dan bila ia bersuara namun berupa penyangkalan
Banyak gemuruh dalam dada
Yang sebenarnya sedang ia kendalikan

Saat ia berkata 'aku tak apa-apa'
Sesungguhnya ada suatu hal bergemuruh dalam dadanya
Sekali saja, bila kau sempat masuk kedalamnya
Mungkin kau akan terbakar api
Atau bahkan membeku menjadi es batu

Saat ia berkata 'aku tidak cemburu'
Sesungguhnya kepalanya sedang berperang melawan hatinya
Berusaha menjadi pemenang melawan logika

Saat ia berkata 'terserah'
Sebenarnya ia ingin kau memimpinnya
Memutuskan apa yang perlu diputuskan
Walau sepele dan bukan hal besar
Dalam banyak hal, ia ingin kau selalu terlibat dengan benar

Saat ia berkata 'jangan pulang terlalu malam'
Sebenarnya ia bukan sedang cemburu pada kegiatan dan teman-temanmu
Kelak nanti, ketegasan adalah hal yang ia ingin kau sudah paham
Dan bukan lagi ada pada tahap belajar

Saat ia berkata 'jangan lupa memberi kabar'
Sebenarnya bukan karena ia ingin memonitor gerak-gerikmu seharian
Namun itu karena ia ingin malamnya tenang
Mengetahui kau telah sampai ditempat yang aman dan nyaman

Saat ia berkata 'aku sedang ingin sendiri'
Sebenarnya dia justru sedang butuh ditemani
Kelak nanti, ia harus belajar bahwa kejujuran adalah penting dikatakan dengan benar
Tanpa dramatis, apalagi dibayar dengan tangis.

Dan...
Saat ia mengaku mencintaimu, ia sungguh mencintaimu.

KPPI - Tia Setiawati


Senin, 29 Agustus 2016

J I K A

Mas, jika nanti kamu temui aku sedang kelelahan mengejarmu. Tolong berbaliklah, hampiri aku agar aku tak tersesat dan kehilangan arah.
Mas, jika nanti aku tak bisa lagi mencarimu, mungkin itulah giliranmu untuk menurunkan egomu dan mencari aku. Sebab aku takut, jika ternyata aku mulai kebal tak dicari lagi oleh kamu.
Mas, jika nanti aku sudah tak sanggup memahamimu lagi, berarti saat itulah waktumu untuk mulai memahami aku. Tenangkan aku, yakinkan aku, bahwa kamu (benar-benar) mencintaiku. Perihal hobbymu yang gemar berpetualang, dan sibukmu yang tak ada habisnya, yakinkanlah jika itu bukanlah untuk meninggalkan aku. Yakinkan aku saja, sebagaimana dulu titik terendah hubungan kita, akulah yang selalu meyakinkanmu.
Mas, saat nanti aku mulai lupa pada peluk dan senyummu. Tolong ingatkanlah aku. Ingatkan aku, disaat hari pertama kita bertemu. Ingatkan aku, saat kamu mengejar cintaku. Ingatkan aku pada kenangan yang tercipta disetiap sudut tempat itu, dan ingatkan aku tentang bagaimana sakitnya aku mempertahankamu. Agar aku tak melupakannya.
Aku menulis ini, agar nantinya kamu tahu sekalipun kamu terlalu sibuk dengan duniamu sendiri, kamu pernah dan ada dalam tulisanku; selalu.


Minggu, 21 Agustus 2016

Aku Sudah Bahagia Sekarang

Aku sudah bahagia sekarang.
Tak perlu cemaskan lagi.

Aku sudah ditemukan oleh seseorang.
Yang seperti doamu dulu sebelum pergi meninggalkanku;
Yang benar-benar menyayangiku.
Yang akan benar-benar mencintaiku.

Kini aku telah ditemukannya,
Seseorang yang mencintaiku sebesar cintamu dulu; atau bahkan lebih.

Aku sudah bahagia sekarang.
Tak perlu lagi khawatirkan kabarku.

Salahmu telah kumaafkan,
Luka olehmu telah tersembuhkan,
Lebam hati karenamu sudah terobati,
Hujan di pipi kini tak ada lagi.

Tak perlu lagi merasa bersalah karena meninggalkan aku.
Tak perlu lagi kasihan dengan keadaanku.
Tek perlu lagi datang kembali.
Karena, di dalam doaku namamu telah digantikan oleh nama yang baru.

Aku sudah bahagia sekarang.

Terimakasih untuk segala hal yang (dulu) pernah membuatku tertawa.
Terimakasih telah memutuskan untuk pergi.
Caramu menyakitiku kemarin, adalah cara Tuhan mempertemukan aku dengannya.

-mbeeer


Sabtu, 13 Agustus 2016

Hanya Sesekali


Aku hanya sesekali membayangkan
Akan seperti apa bila kita berpisah
(tidak, bukan ini yang aku mau)
Namun aku telah jutaan kali memimpikan hidup bersamamu sampai nanti

Aku hanya sesekali menangis
Karena kamu sempat tak sengaja membuat air mataku tumpah
Namun aku jutaan kali bersyukur
Karena kamu selalu membuat bibirku tak lupa untuk tersenyum

Aku hanya sesekali berpikir
Bahwa kamu adalah pria paling menyebalkan sedunia
Kamu tahu, menjadi perempuan seringkali membuatku serba salah
Namun pada akhirnya, aku telah jutaan kali memaafkan
Karena lelaki dan perempuan memang diciptakan berbeda

Pada awalnya, aku berpikir aku hanya akan jatuh cinta padamu satu kali
Namun nyatanya, sampai detik aku menulis ini
Aku masih mampu jatuh cinta padamu berkali-kali
Perlu ku ulangi, aku jatuh cinta padamu setiap hari

T.S - KPII


Selasa, 09 Agustus 2016

Hanya Perlu Bertemu

Kamu tau apa yang paling perempuan ini benci?
Perempuan ini benci pada waktu
Baginya waktu terlalu egois, waktu tak pernah memihak padanya
Waktu dengan cepatnya berlalu tanpa memikirkan rindu yang lama bertumpuk
Waktu tak mau tau pada rindu yang selalu hadir
Tugasnya hanya berputar tanpa berhenti

Perempuan ini juga benci pada jarak
Karena jarak ratusan kilometer ini seolah menjadi hantu yang selalu menakuti
Jarak selalu menjadi pemenang setiap rindu meradang
Jarak begitu jahat, ia membentang menjadi penghalang pertemuan
Jarak sedikit pun tak peduli dengan rindu yang mengoyakkan hati
Jarak mungkin akan menertawakan pada rindu yang berdarah-darah

Jadi Mas, bagaimana jika kita buat kesepakatan saja? Kita tak perlu lagi membenci pada waktu dan jarak; khusunya aku. Kita hanya perlu bersepakat jika rindu hadir kita hanya perlu bertemu.
Itu saja.

-pintalan-pelangi


Kamis, 04 Agustus 2016

Akan Tetap Bersama

Izinkan aku terus menjaga perasaan ini, sampai dikemudian hari. Agar segala rasa yang tersimpan di hati ini tak berakhir menjadi luka. Simple nya begini, aku ingin kamu menjadi bagian dari hidupku, Aku ingin kamu menjadi pelengkap tawaku; bukan tangisku.

Seseorang yang kuharap menemani hari tua nanti.
Seseorang yang memeluk ketika sedih nanti.
Seseorang yang menyeka air mata saat menangis.
Seseorang yang mampu menjadi alasan untuk tetap tersenyum.
Dan seseorang yang mampu menemani untuk meraih mimpi.

Sebab namamu adalah doa yang terus ku amini dengan bahagia.
Jika ragu menghampiri, yakinlah saja.
Bahwa kamu dan aku, akan tetap bersama.

-aksarakata


Selasa, 02 Agustus 2016

Tuhan, izinkan aku dengannya saja

Aku menyukaimu.
Aku selalu menyukaimu.
Aroma tubuhmu.
Senyuman hangatmu.
Genggaman tanganmu,
dan matamu.
Aku menyukai semuanya.

Bersama denganmu, menetap di sisimu. Membiarkan diriku tenggelam berlama-lama di dalam dirimu. Sebab aku sudah tak ingin mencari lagi. Segala sakit pernah ku alami, dan setelah dipertemukan denganmu, seolah aku sudah menemukan obatnya.

Dirimu selalu bisa menenangkan segala resah. Memenangkan aku, ketika tak tentu arah.
Di matamu, aku melihat aku. Aku yang begitu menyukaimu.

Sebab itu, aku suka berada di sampingmu. Duduk berlama-lama menikmati udara tanpa banyak bicara. Sesekali kita hanya menatap, dan tertawa.

Namun saat itu, hatiku sedang banyak bicara. Tentang namamu, yang selalu terselip dalam barisan doa. Sebab saat itu hatiku sedang berbicara “Tuhan, izinkan aku dengannya saja"


Minggu, 31 Juli 2016

Rindu Yang Bertumpuk

Rindu
Ia datang sesukanya, tanpa permisi
Bahkan setiap hari
Terkadang, rindu juga menyesakkan,
Jika tak dapat bertemu

Kamu tahu Mas rinduku seperti apa malam ini?
Kamu tahu Mas se-menggigil apa aku malam ini?
Kamu tahu Mas betapa sesaknya rindu yang bertumpuk?
Dan kamu tahu Mas bagaimana aku menyembunyikan rindu ini rapat-rapat?
Tidak, kamu tidak perlu tahu
Aku tak mau kamu khawatir, toh aku selalu baik-baik saja; serindu apapun akan (selalu) baik-baik saja.
Tak banyak yang bisa dilakukan, selain berkata rindu tanpa pelukan hangat

Memang, aku tak mempunyai hak untuk meminta semua waktumu
Aku tak berhak menuntutmu 24 jam bersamaku
Dan benar saja, aku tak pernah meminta itu
(Aku) hanya ingin, disela waktu senggangmu sempatkan datang menemuiku
Tak berharap banyak
Hanya ingin melepas rindu yang bertumpuk

Aku jadi rindu yang dulu
Apalagi dimalam sedingin ini, rindu ini makin menjadi tak terkendali
Lalu, rindu ini harus diapakan?
Tak mau kah kamu datang kesini, menemuiku, dan berkata; aku rindu kamu.
Ah, itu hanya hiburan yang menina bobokan tangis semalam
Itu hanya kata ajaib yang menjadi dongeng pelengkap tidur
Iya, hanya khayalan

Mas, jika aku berkata rindu padamu
Akankah kamu datang menemuiku?
Atau hanya diam tersenyum?
Sekali lagi aku tanya Mas, jika aku berteriak aku merindukanmu
Maukah kamu menemuiku?
Ah, sudahlah!


Selasa, 26 Juli 2016

Perihal Rindu

Malam ini, ada yang merindukanmu
Iya, perempuan yang biasa merindukanmu
Masih aku

Rindu itu seperti bom waktu
Bisa meledak suatu waktu, tanpa kita tahu

Rindu itu pun bisa seperti tungku
Panasnya meresahkan hati, sampai berhari-hari

Rindu itu juga sedamai doa
Membuatmu merasa tenang
Walau ada jarak ribuan kilometer

Rindu itu unik
Karena dengan jarak ia selalu meradang
Kau bisa merindukan dia
Lagi, dan lagi; semacam kecanduan

Rindu itu gila
Karena bertempur dengan logika
Tidak, seringkali rasa lah yang jadi pemenang

Rindu pun bisa menyesakkan
Bila terlalu banyak ego dilibatkan
Tanpa tahu mana yang harus dipentingkan lebih dulu;
Bertemu kamu atau asyik dengan hobby

Rindu itu kamu
Iya kamu
Masih kamu
Tetap kamu
Selalu kamu

Dan aku, perempuan yang seharusnya lekas bertemu kamu; karena rindu nya kian meradang.


Sabtu, 23 Juli 2016

Harusnya, tak ada jarak diantara kita

Aku tidak bisa tidur meskipun aku berusaha untuk memejamkan mataku. Kamu ada di langit-langit kamarku, semakin membesar di dadaku dan berlalu lalang di otakku. Aroma tubuhmu selalu menyeruak setiap kali aku berusaha mengusir rindu ini. Aku merasa tidak adil ketika merindukanmu, tak adil karena aku tak bisa segera memelukmu. Tak adil karena aku tak bisa langsung menatap wajahmu. Tak adil karena aku tak bisa memastikan kamu baik-baik saja.
Aku di depan laptopku, sambil memandangi fotomu. Aku merasa kamu sungguh ada disampingku. Ah, seandainya kamu benar ada disini, aku akan memelukmu erat agar kamu tak lagi pergi. Aku akan bersandar dipundak ternyaman yang pernah aku jadikan tempat bersandar.
Aku rindu menatapmu tertawa. Aku rindu melihat senyumanmu. Aku rindu semua yang ada pada dirimu, seandainya jarak ratusan kilometer ini tak jadi penghalang, tentu kita tidak perlu menunggu dan menanti lagi sebuah pertemuan langka berikutnya. Pertemuan berhari-hari yang direncanakan namun hanya beberapa jam kita bertemu. Sungguh, ini tak adil.
Aku berharap pagi ini, aku sedang berada dikotamu. Dan kita bisa menikmati udara pagi bersama, berjalan beriringan sambil bergenggaman tangan. Ah, aku berkhayal terlalu jauh. Lagi dan lagi kita dikalahkan oleh jarak. Selalu, jarak selalu memenangkan pertempuran rindu yang ada.

-Dwitasari


Senin, 18 Juli 2016

Mencintaimu Hari Ini

Aku mencintaimu, lagi dan lagi.
Kamu tahu mengapa?
Karena mencintaimu memang tak pernah cukup satu kali.

Ini sudah hari yang baru.
Lihat, sayang
Mentari sudah bersinar, meski ia tampak malu-malu.

Kamu tahu, ini sudah musim hujan.
Dan musin hujan seperti ini, membuat rindu menjadi tak tertahankan.
Ah jangan khawatir, aku selalu bisa menahan rindu.
Juga pelukan mu mampu menghangatkan di dinginnya cuaca yang kadang tak menentu.

Aku mencintaimu setiap hari.
Sejak pertama kali kita memutuskan untuk bersama,
Juga saat masalah seperti selalu saja menempel pada kita.
Aku pun mencintaimu hari esok, dan hari-hari di depannya.

Tak perlu memintaku berjanji.
Karena cinta yang benar tahu, ia harus setia tanpa pernah diminta.

Aku mencintaimu hari ini, setiap hari; sama seperti aku mencintaimu pertama kali.

-Karena Puisi Itu Indah
@TiaSetiawati


Kamis, 07 Juli 2016

Pria Pendaki

Pria pendaki; kamu.

Setiap kali kamu pamit mendaki, aku hanya mengiyakan walau sebenarnya berat. Perempuan yang kamu tinggalkan mendaki ini selalu cemas dengan keadaanmu, kamu selalu susah untuk makan. Mas, perempuan ini (sangat) nyaman berada di dekatmu bahkan bahagia bisa mengenalmu.
Boleh sedikit menengok yang lalu? Iya, saat pertama bertemu pun kamu sudah berhasil membuatnya gugup dan salah tingkah. Senang, malu, semua nya bercampur saat itu. Sejak itu entah karena apa, rasa nyaman itu hadir. Rasanya sehari saja tak ada kamu, selalu datang rindu yang menggebu, ada rasa kehilangan.
Tuhan, aku jatuh cinta pada pria pendaki itu. Entah apa sebabnya, rasanya seperti terhipnotis saat bersamanya. Iya, tak banyak yang bisa dijelaskan dengan kata saat bersamanya, yang aku tau hanya nyaman dan bahagia saat bersamanya. Seketika ingin sekali menghentikan waktu saat bersamanya, aku rasa waktu terlalu egois; berputar sangat cepat. Waktu tak mengerti dengan rindu yang ada, waktu tak paham dengan jarak ratusan kilometer yang harus dilewati, waktu hanya tau ia harus terus berputar tanpa peduli dengan rindu.
Tetap seperti ini Mas, tetap seperti pria yang pertama kali ku kenal, tetap seperti pria yang tak pernah jenuh dengan rewelnya perempuan ini, tetap seperti pria yang dulu. Semoga kamu tidak seperti dia yang dengan mudahnya pergi tanpa pamit. Semoga kamu tidak seperti dia yang dengan entengnya menyudahi hubungan tanpa penjelasan jelas. Semoga kamu tidak seperti dia yang dengan tega pergi saat perempuan ini sedang berada di puncak cintanya. Semoga kamu tidak seperti dia yang bisa-bisa nya meninggalkan semuanya tanpa rasa bersalah. Semoga kamu mampu bertahan dengan perempuan rewel ini😁
Ah, terlalu banyak 'semoga' yang dipinta.

Di pagi sedingin ini, perempuan ini rindu kamu!


Rindu (Lagi)

Rindu, semalam aku bertemu dengannya
Tapi karena suatu hal
Kami hanya duduk dan membisu
Tak ada percakapan, hanya sesekali menyapa
Rindu, sebenarnya ingin sekali bercakap denganmu
Tapi keadaan berkata lain
Saling diam, hanya sesekali saling tatap
Miris rasanya, bahkan jarak sedekat ini saja masih (sangat) menyiksa
Rindu, padahal banyak sekali yang ingin ditanyakan
Tapi aku tak mau merusak suasana
Iya, mungkin ada yang salah denganku
Aku (memang) membuatnya kecewa
Tapi rindu, tak ada sedikitpun niat untuk membuat hatinya sakit
Rindu, lalu aku harus bagaimana?
Menangis dihadapannya?
Apakah dengan cara itu semua akan normal kembali?
Oh ya rindu, apa aku hanya jadi beban untuknya?
Apa aku hanya membuatnya kesal?
Aku tak tau rindu
Rindu, aku ingin berbicara sedikit
Sebenarnya aku tak mau ada air mata
Tapi kenapa air mata selalu ada?
Sepertinya air mata tak bosan selalu mengikutiku
Iya aku tau, jalan tak selalu mulus
Pasti banyak tikungan dan kerikil tajam
Rindu, aku ingin dia kembali seperti biasanya
Aku ingin melihat senyumnya (lagi)
Aku ingin tertawa bersamanya (lagi)
Aku ingin duduk disampingnya (lagi)
Aku ingin bersandar dipundaknya (lagi)
Ah rindu, banyak sekali yang aku inginkan
Maaf rindu, jika terus menjadi beban untukmu


Rindu

Hai rindu ✋
Sudah berapa lama tidak bertemu?
Seabad kah?
Tidak mungkin

Rindu, kenapa terus hadir?
Ingin bertemu dengan dia?
Sama, aku juga ingin

Rindu, kenapa sakit sekali?
Apakah seperti ini rasanya merindu?
Mungkin, baru kali ini

Rindu, tak bisakah berdamai sebentar?
Dadaku sesak, mungkin lebam
Setiap detik selalu bertarung denganmu

Rindu, tunggu sebentar lagi
Aku akan bertemu dengannya
Mungkin besok atau lusa

Rindu, tak perlu khawatir
Aku baik-baik saja
Akan selalu baik-baik saja

Rindu, diam saja
Tak perlu banyak yang tau
Aku kuat menahannya

Rindu, jika sudah saatnya
Kita pasti bertemu
Bertatap muka
Bergenggaman tangan
Saling bersandar dan bertukar cerita

Dari perempuan yang (selalu) sesak karena rindunya 😊